LEEDS, INGGRIS - Sejarak 350 km atau 4,5 jam perjalanan darat arah selatan dari Supreme Court of Scotland, University of Leeds menjadi tujuan kedua dari rangkaian kunjungan kerja delegasi Mahkamah Konstitusi (MK) ke United Kingdom. Selasa (25/6/2024) pagi, pukul 10.00 waktu setempat, cuaca cerah dengan suhu sekitar 160C, delegasi MK yang dipimpin Sekretaris Jenderal MK Heru Setiawan tiba di kawasan Woodhouse Lane tempat berdiri University of Leeds. Tampak menyambut adalah Dr. Adam Tyson dan beberapa staf universitas. Bersama mereka hadir juga dua mahasiswa Indonesia di Leeds, yaitu Gibran yang menempuh studi di School of Law dan Tanaya yang menempuh studi sustainable fashion di School of Design.
Setelah saling memperkenalkan diri, Tyson mengajak delegasi MK untuk kunjungan singkat mengenal gedung-gedung utama University of Leeds, sebelum kemudian mengarah menuju Faculty of Law and Social Science. Kepada delegasi MK, Tyson menceritakan bahwa University of Leeds mempunyai banyak mahasiswa dari berbagai negara, termasuk Asia, dan hal demikian terbukti dengan banyaknya mahasiswa non UK yang terlihat lalu lalang di jalanan kampus.
Bahkan terlihat banyak di antara mereka yang berfoto dengan busana dan aksesoris wisuda. Menurut penjelasan Tyson, Gibran, dan Tanaya, mahasiswa yang berfoto demikian biasanya adalah mahasiswa yang sudah selesai studi dan berakhir pula masa pembiayaan studinya sehingga akan meninggalkan UK sebelum sempat mengikuti wisuda. Walaupun menurut Tyson sebenarnya biaya hidup di Leeds tidak semahal biaya hidup di kota-kota lain.
Sampai di depan Leeds University Union –semacam university club atau gelanggang mahasiswa-, Tyson menunjuk sebuah bangunan tua tiga lantai yang relatif lebih tinggi dibanding bangunan lain di sekitarnya. Bangunan tersebut beratap genting merah. Ruangan lantai tiga-nya hanya berupa bangunan kecil berwarna putih yang seolah-olah menjorok keluar begitu saja dari atap genting. Ruangan kecil putih itu berjendela kaca, datar, khas bangunan Eropa, dan menghadap University Union, seolah-olah dari balik jendela ada yang mengawasi para mahasiswa.
Menurut Tyson, bangunan tua bernama Beech Grove House itu berdiri sejak 1920-an dipergunakan sebagai Education House atau Bagian Akademik University of Leeds. Bangunan tersebut secara simbolis menunjukkan tanggung jawab Universitas atas semua kegiatan civitas akademica di University of Leeds. Sedikit di belakang Beech Grove House terdapat bangunan modern berdinding hampir sepenuhnya kaca. Delegasi diajak masuk ke sana, lalu naik ke lantai dua menggunakan tangga besi yang dilapis kayu. Suasana di dalam gedung perkuliahan relatif hening, sepi, karena sedang liburan semester, ketika delegasi dikejutkan kehadiran sosok jangkung menyapa kami di puncak tangga.
Sosok tinggi itu adalah Dr. Trevor Clark dan Dr. Paulo Sandro, mendampingi Head of the School of Law Prof Louise Ellison menemui Delegasi MK. Pada kunjungan ini, Sekjen MK didampingi Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Tatang Garjito, Panitera Konstitusi Ahli Madya Mardian Wibowo, Muhammad Halim, serta Donny Yuniarto dan Rizki Kurnia Chaesario sebagai penerjemah bahasa.
Sekilas School of Law-University of Leeds
Delegasi diterima di ruang rapat Kepala Sekolah dengan suasana informal yang hangat. Setelah Sekjen menyampaikan maksud kunjungan adalah untuk menjalin relasi sekaligus menjajaki kerja sama pendidikan antara MK dengan School of Law-University of Leeds, kemudian Prof Louise menyampaikan penjelasan mengenai School of Law serta isu-isu hukum terkini.
School of Law berada di bawah naungan Faculty of Law and Social Science. karena itu pimpinan tertinggi School of Law tidak disebut dean ‘dekan’ melainkan head ‘kepala’. School ini menawarkan empat jurusan studi utama, yaitu studi Hukum dan Keadilan Sosial; studi Keadilan dan Hukum Pidana, studi Hukum Bisnis, serta studi Inovasi dan Riset Pendidikan Hukum, dengan jenjang pendidikan Strata 1, Strata 2, dan Strata 3.
Pada awal berdirinya, yaitu pada 1899, atau 125 tahun lalu, mahasiswa School of Law hanya 22 orang, berasal dari daerah sekitar, laki-laki, dan kebanyakan mahasiswa paruh waktu. Tahun ini mahasiswa School of Law mencapai jumlah lebih dari 2.000 mahasiswa yang berasal dari seluruh dunia dan belajar secara penuh waktu. Jumlah alumni School of Law sudah mencapai angka 16.000 yang tersebar di seluruh dunia.
Louise menjelaskan bahwa tradisi akademis Leeds tidak memisahkan antara ilmu hukum dengan ilmu sosial. Hal ini berbeda dengan tradisi Indonesia yang memisahkan antara ilmu hukum dengan ilmu-ilmu sosial lainnya ke dalam dua fakultas berbeda.
Penjajakan Kerja Sama
Sekjen MK Heru Setiawan dalam sesi diskusi tersebut menjelaskan bahwa MK mempunyai tiga program peningkatan kapasitas pegawai, yaitu kuliah S2 dan S3 ke dalam dan luar negeri; short course atau recharging program ke universitas di luar negeri; serta konferensi internasional. Kerja sama yang ditawarkan oleh MK kepada School of Law adalah semacam short course atau recharging program di mana School of Law bertindak sebagai fasilitator. Tentu saja pembiayaan program demikian akan menjadi tanggung jawab MK.
Heru Setiawan juga menjelaskan recharging program yang selama ini sudah dilakukan MK dengan beberapa universitas atau institusi hukum dunia. Program recharging secara umum akan dilaksanakan antara dua sampai tiga bulan, dan karenanya skema perkuliahan berbeda dengan perkuliahan reguler.
Menyambut tawaran kerja sama demikian, Louise menyampaikan bahwa konsep recharging atau short course adalah hal baru bagi School of Law. Hal yang membuat mereka sangat siap adalah menerima mahasiswa di jenjang reguler. Bahkan Louise menerangkan untuk jenjang master dapat ditempuh selama satu tahun saja, dengan panjang karya ilmiah sekitar 10.000 kata.
Dari diskusi penjajakan demikian, kedua pihak masing-masing memperoleh informasi baru yang menarik. Oleh karenanya Heru Setiawan mewakili MK, dan Louise mewakili School of Law bersepakat akan melanjutkan upaya penjajakan kerja sama dalam pertemuan berikutnya, baik secara langsung maupun korespondensi melalui e-mail.
Menutup sesi kunjungan hari ini, sedikit lewat dari jam makan siang, Sekjen Heru Setiawan dan anggota delegasi, bergantian menyerahkan suvenir berupa plakat Gedung MKRI dan kain batik tulis asli Indonesia. Tak lupa juga sebungkus kopi nusantara beraroma harum diserahkan sebagai oleh-oleh penambah keakraban.
Baca juga:
MKRI Bertukar Ilmu dengan Mahkamah Agung Skotlandia
Penulis: DY/MH/RKC/MW.
Editor: N. Rosi.