Universitas Padjajaran Bandung menjadi juara pertama Kompetisi Debat Konstitusi Antar Perguruan Tinggi se-Indonesia Tahun 2014 untuk wilayah Regional Barat, setelah mengalahkan tuan rumah Universitas Sriwijaya, di Auditorium Pascasarjana Universitas Sriwijaya Palembang, Senin (24/3). Pada babak final yang berlangsung cukup “panas”, kedua tim terlihat begitu antusias, kritis, dan bernas dalam menyampaikan dan menanggapi berbagai argumentasi sesuai dengan tema perdebatan “Asas Tunggal Pancasila”.
Dalam opening statement-nya, Unpad yang berada pada posisi “pro” terhadap “Asas Tunggal Pancasila” berargumentasi bahwa Pancasila diciptakan oleh masyarakat Indonesia yang kemudian menjadi identitas bangsa. Pancasila dapat diibaratkan sebagai lima mutiara yang menjadi ikon ideologi di Indonesia. “Secara harfiah, asas merupakan landasan bangsa dan negara, sangat jelas di sini bahwa Pancasila merupakan pandangan hidup. Pancasila bersifat komprehensif yang kemudian kita sebut sebagai common denominator atau kesamaan pijakan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara,” tegas Aisyah, pembicara pertama dari Unpad.
Sementara Unsri dari kubu “kontra” menegaskan bahwa Pancasila merupakan arah tujuan hidup bernegara untuk memajukan kesejahteraan umum. Pancasila bukan dibuat untuk melimitasi dari hak-hak warga negara. “Karakter bangsa Indonesia adalah bangsa yang pluralis. Asas Pancasila tidak dapat dipahami secara sempit. Dari sisi historis, Pancasila adalah sumber konflik di masa lalu. dengan kecenderungan pemerintah Orde Baru yang menyesatkan. Inilah yang mengharuskan Pancasila tidak dapat dijadikan asas tunggal,” tandas Wira dari kubu Unsri.
Tim kontra juga mencoba meyakinkan bahwa dengan diberlakukannya Pancasila sebagai asas tunggal, dapat menyebabkan setiap organisasi akan terkurung oleh satu aturan. Bahkan pendiri bangsa ini mengartikan Pancasila menjadi dua makna, yakni Pancasila sebagai dasar negara serta sumber moral dan pandangan hidup.
“Padahal dalam berdemokrasi, kita dibebaskan untuk memilih ideologi. Sebagai rakyat Indonesia kita bebas memilih serta menentukan hak dan kepercayaan masing-masing. Jika kita melihat pada masa Orde Baru, penerapan asas tunggal menimbulkan konflik di mana banyak organisasi yang terbelenggu di dalamnya. Karena itu demokrasi tidaklah menampilkan wajah tunggal, tapi kebebasan dalam memilih,” imbuh Wira.
Dari pernyataan tersebut, tim Unpad kemudian memberikan bidasan yang cukup tajam. Pembicara ketiga Unpad, Ilham Magribi menyatakan ketika Pancasila tidak dijadikan asal tunggal, maka egoisme akan terjadi dan kita akan mengalami kegagalan konteks dalam bernegara. Menurutnya Pancasila dihidupkan bukan dengan indoktrinasi, namun dengan ideologisasi. “Kita sering menghapal teks namun gagal memahami konteks. Ketika kita ingin bersatu, harus ada satu landasan, harus ada yang mengakomodir kemajemukan. Dengan menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal, maka kita akan menjamin kepastian hukum. Ketika Pancasila tidak jadi asas tunggal, akan terjadi paham primordialistik plural yang jauh dari konsep tujuan bersama,” ujar Ilham.
Di ujung perdebatan, masing-masing tim mencoba memberikan kesimpulan akhir untuk meyakinkan 9 orang pakar hukum yang menjadi juri kompetisi ini. Tuan rumah Unsri tetap menyatakan tidak setuju jika Pancasila dijadikan sebagai asas tunggal dengan dalil pancasila bukanlah satu-satunya sumber moral dan norma bernegara. “Kami tidak pernah sepakat ketika pancasila dijadikan satu-satunya sumber moral. Karena dalam konstitusi telah menjamin kebebasan hak-hak konstitusional masyarakat,” tegas tim kontra.
Sebaliknya, Unpad lantas membantah dengan menegaskan bahwa untuk membangun Indonesia yang terdiri dari banyak suku, perlu adanya fondasi yang kuat.”Permasalahan di Indonesia karena adanya ideologi yang tidak sejalan dengan Pancasila. Kita yakinkan bersama, Pancasila sebagai asas tunggal akan membangun bangsa yang lebih baik,” tegasnya.
Penutupan Debat
Kompetisi debat konstitusi regional barat ini, ditutup oleh Sekjen MK Janedjri M. Gaffar. Dalam sambutannya, Janedjri sangat terharu ketika menyaksikan babak final, karena ternyata kemampuan dan potensi yang ada pada diri mahasiswa di luar dugaan. “Saya sungguh bangga, bahagia, dan terharu ketika menyaksikan pelaksanaan kompetisi debat. Dari tolak ukur performance sudah mencapai maksud dan tujuan dari penyelenggaraan debat ini. Penyelenggaraannya sungguh luar biasa, dan saya bertertima kasih kepada Universitas Sriwijaya atas kerja samanya. Selanjutnya para mahasiswa harus bersiap untuk di tingkat nasional nanti,” tutup Janedjri.
Kompetisi Debat Konstitusi wilayah Regional Barat merupakan tahap pertama dari rangkaian Debat Konstitusi 2014 yang terdiri atas tiga regional. Selanjutnya, 6 tim terbaik regional akan maju ke tingkat nasional yang diselenggarakan di Mahkamah Konstitusi, Jakarta. Selain kedua tim tersebut, empat tim yang mewakili Regional Barat lainnya adalah Universitas Sumatera Utara, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Universitas Andalas Padang, dan Universitas Bengkulu. (ddy/mh)