Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriarty didampingi dua staf nya, Sekretaris Satu Allison C dan Sekretaris Dua Bidang Politik Annie Hildebrand berkunjung ke Mahkamah Konstitusi, Kamis (22/11) siang. Pada kesempatan itu, Greg bertemu dan berbincang langsung dengan Ketua Mahkamah Konstitusi Moh. Mahfud MD. Tampak pula Sekretaris Jenderal MK Janedjri M. Gaffar.
Dalam pertemuan tersebut, dibicarakan berbagai hal, salah satunya terkait rencana keberangkatan Mahfud ke Australia. Adapun keberangkatan Mahfud ke sana adalah dalam rangka menghadiri konferensi di Australian National University dengan tema “Pluralism Versus Intolerance In Indonesia”. Mahfud diundang sebagai keynote speeker. Greg menuturkan, pihaknya siap membantu segala kebutuhan Mahfud terkait keberangkatan dan selama di sana.
Selain itu, Greg juga sempat menanyakan beberapa hal, diantaranya tentang pandangan Mahfud atas kondisi bangsa Indonesia saat ini dan di masa depan. Mahfud menjawab, dirinya sangat optimis dengan Indonesia. Menurutnya, bangsa ini memiliki modal sosial yang banyak. “Kita (baca: bangsa Indonesia, pen) punya ideologi yang mantap,” katanya. Ideologi itu adalah Pancasila dengan dasar pluralisme yang sangat kuat.
Namun, kata Mahfud, pluralitas bukanlah sesuatu yang perlu dihindari atau menjadi alasan untuk mengendurkan optimisme. Malah sebaliknya, masyarakat yang plural sebenarnya merupakan modal positif bagi bangsa ini. “Pluralisme bukan penyakit dan hambatan, tapi kekuatan,” tegasnya.
Mahfud berpandangan, untuk menjaga dan mewujudkan optimisme tersebut, setidaknya ada dua hal yang mesti dipenuhi. Pertama, kepemimpinan yang kuat (strong leadership). Kedua, rekrutmen politik yang fair. “Kalo dua (hal ini) ada, saya kira akan lebih mudah,” ungkap Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia ini. Dan, dengan rekrutmen politik yang lebih terbuka, menurutnya, akan melahirkan elit politik yang mudah diatur dan mengatur diri sendiri secara lebih bertanggungjawab.
Tak hanya itu, lanjut Mahfud, Indonesia juga memiliki modal lainnya, yakni masyarakat dengan tingkat soliditas yang tinggi dan sumber daya alam yang sangat berlimpah. Meskipun kadang terjadi insiden atau gesekan antar kelompok masyarakat, menurut dia, hal itu hanyalah segelintir saja. “Ada gerakan-gerakan, tapi kecil-kecil,” ujarnya.
Di samping membicarakan hal itu, Mahfud dan Greg juga membahas tentang hubungan kedua negara sebagai negara sahabat. Salah satu yang dibicarakan ialah terkait pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia. Greg meminta pandangan Mahfud terkait hal itu. Mahfud pun menjawab, jika pihak Australia ingin membantu Indonesia dalam hal teknis atau tukar pengetahuan, sebenarnya tidak masalah. Selama, bantuan atau keterlibatannya dinilai objektif dan proporsional serta dapat dipertanggunjawabkan secara transparan. “Secara praktis (keterlibatan tersebut) bukanlah intervensi,” imbuhnya. (Dodi/mh)