Ketua MK Moh. Mahfud MD menjadi narasumber dalam sebuah acara Dialog Budaya bertajuk “Menjalin Persatuan Bangsa dalam Ragam Budaya”, yang diselenggarakan atas kerjasama Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) dengan Radio Republik Indonesia Stasiun Lokal Ambon, (19/10).
Dalam kegiatan tersebut, Mahfud yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina APTISI, memaparkan bagaimana mengelola persatuan diantara perbedaan bangsa ini. “Indonesia ini begitu luas. Tindakan yang dianggap intoleran terjadi di beberapa daerah itu hanya berupa letupan-letupan kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan manajemen pemerintahan yang baik,” jelasnya.
Dalam sejarah di Indonesia, lanjut Mahfud, konflik yang agak masif memang pernah terjadi di Ambon dan Poso. Itupun bisa diselesaikan dengan cara budaya bangsa sendiri dan perlu diingat daerah tersebut hanya sebagian kecil dari Indonesia. Muncul sejumlah pertanyaan saat ini, “Kenapa negara kita masih tetap bersatu?” Jawabannya, kata Mahfud, karena bangsa kita membangun kesepakatan bernegara itu berdasar Pancasila yang memiliki prinsip Bhinneka Tunggal Ika atau berbeda-beda tetapi tetap satu. “Pancasila yang ber-Bhinneka Tunggal Ika itu didasarkan kepada fitrah, dan fitrahnya bangsa Indonesia itu berbeda-beda dan selalu ingin bersatu, sejak dulu,” tegas Mahfud.
Oleh karena itu, lanjut Mahfud, setiap ada konflik yang terjadi, kita harus selalu ingat bahwa kita ini adalah satu. Perbedaan yang terjadi dalam hal-hal tertentu sifatnya alamiah, misalnya karena warna kulit, suku, tempat tinggal dan sebagainya. Tetapi kita mempunyai jiwa yang sama untuk bersatu. “Yang perlu diatur saat ini adalah manajemen pemerintahan, untuk mengelola perbedaan itu menjadi satu kesatuan,” tandas Mantan Menteri Pertahanan RI era Gus Dur ini pada akhir paparannya.
Selain Ketua MK, hadir pula sebagai narasumber lainnya dalam kegiatan tersebut, yaitu Prof. Edy Suandi Hamid (Ketua APTISI), serta Masduki (Direktur Program dan Produksi LPP RRI Ambon). (hd-ddy)