Ketua Mahkamah Konstitusi Moh. Mahfud MD memberikan ceramah (tausiyah) dihadapan ratusan karyawan Kompas Gramedia, dalam sebuah acara halal bi halal yang diselenggarakan oleh Kompas Gramedia, Kamis (6/9), di Halaman Utama Kompas TV, Jakarta. Presiden Kompas Gramedia Jacob Oetama, beserta para pimpinan sejumlah media masa yang berada dalam naungan Kompas Gramedia juga hadir dalam acara tersebut.
Dalam tausiyahnya, Mahfud mengawali dengan menjelaskan terkait idul fitri. Menurutnya, keberadaan hari raya idul fitri dimaksudkan supaya setiap orang islam yang ada di dunia ini bisa menjadi fitri (suci) kembali. Sehingga dengan kesucian tersebut, manusia bisa melangkah lebih baik dengan kesuciannya, dan tidak melangkah dengan segala noda yang melekat pada dirinya.
Dalam hal ini, Mahfud memperkuat penjelasannya dengan menyitir ayat dari Al-Quran yaitu Tuhan menciptkan manusia dari gumpalan tanah, dan akhirnya akan kembali ke tanah. Kemudian, pada ayat beikutnya, kata dia, setelah tanah terbentuk tubuh, Tuhan meniupkan ruh pada tanah tersebut. “Setelah Tuhan meniupkan ruh pada tanah tersebut, maka menjadi mulialah manusia ini, kemudian seluruh mahluk hidup tunduk kecuali iblis,” tutur Mahfud MD.
Selanjutnya, Mahfud mengatakan lagi, dalam tubuh manusia juga ada 2 (dua) unsur, yaitu tanah dan ruh. Unsur tanah melambangkan nafsu, yang selalu mengajak setiap orang untuk melakukan perbuatan jelek. Kalau anda menusia pasti suatu saat akan melakukan perbuatan jelek. "Kalau anda tidak pernah melakukan perbuatan jelek, maka anda bukan manusia, tetapi malaikat," ujarnya.
Sebaliknya, unsur ruh melambangkan kebaikan. Setiap orang seberapapun jeleknya pasti mempunyai sifat yang baik atau ingin berbuat baik, disebabkan ada unsur ruh yang didapatkan dari Allah SWT. “Kalau tidak ingin berbuat jelek berarti bukan manusia tetapi malaikat, namun kalau tidak ingin berbuat baik pasti setan. Jadi manusia itu ada unsur berbuat baik, ada unsur berbuat jelek,” urai Guru Besar Universitas Islam Indonesia ini.
Disini timbul sebuah pertanyaan, untuk apa idul fitri. Menurut Mahfud, idul fitri adalah kembali suci. “Sebenarnya kita adalah orang yang baik, dengan adanya idul fitri kita kembali ke kebaikan,” terangnya.
Diskrimnasi Melanggar Fitrah
Disamping menjelaskan berkaitan dengan asal-usul manusia, Mahfud juga menjelaskan lebih luas lagi, yakni hubungan fitrah manusia dengan fitrah sebuah bangsa atau negara. Menurutnya, fitrah setiap orang akan mempengaruhi fitrah suatu bangsa. Sebab, fitrah adalah asal kejadian yang membentuk manusia. Kemudian, negara pastinya juga mempunyai asal kejadian yakni fitrahnya kembali ke ideologinya, kembali ke konstitusi yang benar. “Itu negara yang fitrah,” ucap Ketua MK tersebut.
Oleh karena itu, kata Mahfud, bernegara merupakan fitrah bagi manusia. Dimana setiap hidup di dunia ini tidak bisa hidup tanpa adanya negara. Sehingga manusia harus bertanggung jawab terhadap kelangsungan bangsanya. “Kita merasa bertanggung jawab atas kelangsung dan keselamatan bernegara, karena fitrah kita sendiri perlu kepada fitrahnya negara,” jelasnya.
Lebih penting lagi, kata Mahfud, masyarakat Indonesia sebenarnya sadar hidup di negaranya, dan sadar sepenuhnya hidup dengan perbedaan dan keberagaman. “Dan itu adalah fitrah dari bangsa Indonesia,” ucapnya. “Sehingga tidak mungkin kita memaksakan orang itu menjadi sama. Kalau kita memaksakan menjadi sama, fitrahnya hancur, dan negara juga hancur,” tambahnya.
Oleh karena itu, Mahfud melanjutkan mengatakan tidak boleh ada perilaku diskriminasi pada suatu kelompok, etnis, maupun kelompok agama. Sebab, hal demikian melanggar fitrah, baik fitrah manusia maupun negara, dan melakukan diskriminasi terhadap kelompok agama. (Shohibul Umam/mh)