Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) bersilaturahmi dan berbuka puasa bersama di rumah kediaman Ketua Mahkamah Konstitusi Moh. Mahfud MD, Jl. Widya Chandra III No. 7, Jakarta Selatan, Selasa (31/7). Selain tuan rumah dan sekaligus Ketua Dewan Kehormatan ISNU Moh. Mahfud MD beserta istri Zaizatun Nihayati Mahfud MD, acara tersebut dihadiri juga oleh puluhan tokoh dan kader NU yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia, diantaranya Ali Masykur Musa selaku Ketua Umum ISNU dan juga anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Achmad Mubarok, dan Nurudin Wahid selaku Wakil Ketua Umum ISNU.
Sebelum berbuka puasa bersama dan selaku tuan rumah, Mahfud mengucapkan terima kasih kepada ISNU atas kehadiran dan kesediaannya berbuka bersama di kediamannya. Ia juga meminta maaf apabila dalam pelayanan dan tempat yang disediakan kurang baik. “Buka puasa ini didesain sederhana, tetapi saya tahu yang terpenting acara ini adalah silaturahmi diantara kita,” ujarnya.
Sementara selaku Ketua Umum ISNU, Ali Masykur Musa mengucapkan terima kasih kepada Mahfud beserta keluarga karena bersedia memberi tempat untuk bersilaturahmi dan berbuka puasa bersama. Menurutnya, buka puasa bersama ini bagian dari menyambung silaturahmi antar kader NU. “Berbuka bersama sebagai bagian dari menyambung tali silaturahmi diantara kita, kader NU,” tuturnya dihadapan puluhan kader NU tersebut.
Dalam kesempatan yang sama juga didengarkan tausiyah (ceramah) dari Nurudin Wahid selaku Wakil Ketua Umum ISNU. Dalam ceramahnya, dia mengatakan bahwa dalam melakukan ibadah puasa di bulan ramadhan, manusia sudah didesain oleh Allah SWT sebagai insan kamil (manusia sempurna). “Puasa ini didesain oleh Allah supaya menjadi pribadi insan kamil sepanjang hidup,” terangnya.
Namun masalahnya, Nurudin melanjutkan, ibadah puasa yang sudah dilaksanakan oleh manusia tersebut, apakah sudah tercipta dalam peribadi kita semua pribadi muttaqin (pribadi pemaaf). Padahal kalau dilihat fenomena di lapangan, kalau bulan puasa masjid sangat ramai didatangi oleh jamaah, namun setelah bulan ramadhan selesai kosong kembali. “Pasca ramadhan, selama sebelas bulan, apakah kita menjadi pribadi yang muttaqin?” tanyanya.
Oleh karena itu, dikatakan Nurudin lagi, nilai-nilai yang diajarkan oleh Allah SWT selama bulan puasa tersebut mudah-mudahan bermanfaat bagi seluruh umat muslim. “Ukuran takwa bukan disaat bulan ramadhan, tetapi ukuran takwa itu setelah bulan ramadhan, sebelas bulan yang akan datang,” jelasnya.
Kemudian setelah acara sambutan dan tausiyah selesai, acara inti selanjutnya adalah berbuka puasa bersama. Pimpinan dan kader NU, beserta sejumlah media, bercampur menyantap hidangan buka puasa yang sudah disediakan oleh tuan rumah. Setelah itu dilakukan salat maghrib, dan salat isya, serta salat terawih secara berjamaah. (Shohibul Umam/mh)