Hakim Konstitusi Harjono meraih sebuah penghargaan The Distinguished Global Alumni Award dari Southern Methodist University (SMU) Dedman School of Law, Dallas Texas, USA. Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Judge James Noel Dean and Professor of Law and the Judge William Hawley Arwell Chair of Constitutional Law John B. Attanasio, di Aula Dasar, Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Senin (16/7) malam.
Hadir dalam acara penghargaan tersebut, Ketua MK Moh. Mahfud MD, Wakil Ketua MK Achmad Sodiki, dan para Bapak dan Ibu Hakim Konstitusi, Sekjen MK Janedjri M. Gaffar dan Panitera MK Kasianur Sidauruk, serta seluruh para pejabat eselon 1 sampai pejabat tingkat bawah, serta para pegawai di lingkungan Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal MK. Selain itu, hadir pula perwakilan dari Komisi III DPR RI, Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan HAM, pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, sejumlah Mantan Hakim Konstitusi, anggota Forum Konstitusi, Asosiasi HAN-HTN, dan Ikatan Alumni SMU Dedman School of Law, serta beberapa tokoh nasional dan pimpinan lembaga negara lainnya.
Penghargaan ini diberikan atas dasar penilaian dan seleksi yang ketat kepada Harjono. Disebabkan, SMU Dedman School of Law dalam penilainnya, Harjono menunjukan pencapaian dan prestasinya selama ini sebagai hakim konstitusi. Harjono memang tercatat menjabat hakim konstitusi dua periode sejak berdirinya Mahkamah Konstitusi pada 2003. Hal demikian membawa pengaruh yang positif kepada almamater SMU Dedman School of Law. Hal demikian disampaikan oleh John B. Attanasio, didepan para tokoh yang hadir dalam penganugerahan tersebut. Lebih lanjut, Attanasio juga menuturkan sebelum memberikan penghargaan, ia meminta pertimbangan dari alumni-alumni, dan banyak orang lulusan dari perguruan tinggi itu yang merekomendasi nama Harjono sebagai yang paling layak mendapatkan penghargaan tersebut.
Setelah menerima penghargaan tersebut, Harjono mengucapkan syukur dan bahagia atas penghargaan yang ia terima. Dia kemudian mengatakan bahwa anugerah tersebut merupakan sebagai satu kehormatan yang luar biasa. "Ini sebuah kehormatan. Kalau menyatakan dalam bahasa Inggris, thank you yang sayapnya lebar sekali. Saya istilahkan untuk mengungkapkan cinta, tidak cukup hanya kata "cinta". Butuh banyak kata cinta lagi," kata Harjono yang hadir didampingi istri tercinta dan para keluarganya.
Dalam sambutan pembuka acara ini, Mahfud MD mengatakan bahwa Hakim Konstitusi Harjono mendapatkan penghargaan ini setelah melalui seleksi ketat, dan ia memang sangat pantas menerimanya. "Harjono merupakan seorang hakim profesional yang bekerja secara luar biasa karena mengharumkan almamaternya. Saya menilai dia bekerja dengan sangat baik di MK. Selamat untuk Harjono," ucap Mahfud. Mahfud dalam sambutannya juga memuji Harjono. Menurutnya, Harjono merupakan sosok hakim konstitusi yang profesional dalam menjalani profesinya, terutama dalam bidang penegakan hukum dan HAM di Indonesia.
Kisah Saat Kuliah
Setelah acara usai, Harjono saat menjawab pertanyaan berbagai media termasuk kepada wartawan Majalah Konstitusi, mantan anggota MPR RI unsur Utusan Daerah dari Provinsi Jawa Timur ini menceritakan pengalamannya selama berada di negara tersebut. Menurutnya, sebagai alumni SMU Dedman School of Law tahun 1981, Harjono mengakui hidup dan tinggal di negara Amerika Serikat, terutama Dellas Texas, sangatlah mahal untuk ukurannya saat tersebut. Beasiswa yang ia dapatkan dari negara Indonesia hampir habis hanya untuk biaya hidup dan tinggal disana. “Jadi, saya pulang tidak bawa apa-apa. Bawa ijazah saja,” ingat Harjono.
Untuk bertahan menyeleaikan masa studinya, Harjono mengatakan mengantisipasi supaya uang tidak cepat habis saat berada disana. Harjono mengatakan bahwa harus pandai-pandai mengelola keuangan dengan cara tidak jalan-jalan jauh. Karena saat tersebut jalan jauh terutama naik transportasi biaya yang dikeluarkan juga mahal. “Jadi hiburannya di kuliah dan perpustakaan, itu saja,” katanya. “Karena dipaksa (keluar jalan-jalan) duitnya juga tidak ada,” tambah Harjono diiringi senyumnya yang selalu hangat mengingat masa itu.
Harjono juga mengamini budaya Indonesia dengan tempat dimana ia menimbah ilmu S-2 sangat berbeda. Namun, dia bisa mengatasinya, karena program yang diberikan oleh pihak SMU sangat baik. Semisal, dia bersama teman-temannya sering menonton sepak bola, basket, dan program-program yang lainnya. “Setiap akhir pekan membuat program, menonton sepak bola, basket,” ujarnya.
Harjono juga menceritakan kiat-kiat belajar saat berada di negara Paman Sam tersebut. Menurutnya, dia setiap sore sering mendengarkan berita di Televisi karena dia tahu kelemahan saat belajar adalah tidak mengerti bahasa Inggris, sehingga sering mendengar televisi, dan kumpul dengan orang Amerika. “Disana juga banyak orang Amerika berkumpul. Dan saya mendengarkan saja mereka ngomong,” katanya.
Dengan keseriusan dan ketekunan belajar, dia berhasil lulus dari kuliah S2 paling cepat diantara teman-temannya yang berasal dari Indonesia. Terhitung studinya hanya dapat diselesaikan dalam 1, 5 tahun dengan nilai sangat baik. “(Kelulusan) saya cepat. Karena begitu saya pulang, Rektor saya bilang, kamu nggak lulus yah, kok cepat pulang!” ingatnya menirukan pernyataan dari Rektor-nya tersebut.
Semoga dengan penghargaan yang diberikan kepada hakim konstitusi yang juga pelaku perubahan konstitusi (1999-2002) dan pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya ini semakin meningkatkan kiprahnya dalam penegakan hukum, demokrasi dan HAM dan agar lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. (Shohibul Umam/mh)