Jakarta. MK Online - Dalam rangka memberikan dasar-dasar fotografi yang baik terhadap para pegawai, Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi menyelenggarakan kegiatan in house training bertema “How to Make a Good Photo Documentation”. Untuk mewujudkan maksud dan tujuan tersebut, Sabtu (17/3), MK mengundang narasumber yaitu Kepala Sekolah dan Pengajar Fotoplus School, Ni Made Tuti Marhaeni.
Acara tersebut berlangsung di lantai 4, Gedung MK, dan diikuti sekitar 19 pegawai, yang terdiri atas para sekretaris hakim konstitusi, protokol, pranata humas, dan sejumlah para pegawai lainnya yang ada di lingkungan Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal MK.
Mengawali materinya, pengajar Fotoplus School itu mengatakan bahwa kualitas hasil dari foto ditentukan oleh 3 (tiga) unsur, di antaranya isi foto, teknik pengambilan gambar, dan penyajian. Kalau berbicara tentang isi foto, menurutnya, fotografer harus mengetahui bagaimana mendapatkan foto yang baik, dan yang mempunyai pesan yang jelas dan mudah dicerna oleh orang lain. “Sebaliknya, foto yang kurang baik adalah foto yang mempunyai pesan yang kurang atau tidak jelas,”tutur Tuti. “Sehingga tidak bisa dicerna oleh pemirsanya.”
Sementara dalam teknik pengambilan gambar, lanjut Tuti, meliputi format foto, komposisi, sudut pengambilan gambar, pencahayaan, ketajaman gambar, dan moment puncak. Kemudian, kata dia, adalah penyajiannya. Dimana foto yang bagus adalah bisa menghasilkan pesan yang jelas, dan teknik yang baik. “Foto yang digarap dengan baik, tetapi didesain asal-asalan maka hasilnya akan tidak menarik,” ujar Tuti.
“Kalau fotonya jelek, sayang kan. Jangan terjadi seperti itu, dan jangan pula menyimpan lama-lama foto ini (foto jelek) dalam hardisk,” tambah pimpinan perusahaan dan senior editor Majalah Foto Digital itu kepada para pegawai.
Lebih dari itu, Tuti juga berpesan kepada para fotografer. Kalau ingin mendapatkan foto yang baik dan bermakna, harus berani mendekat dan jangan sampai objek foto merasa terganggu akan keberadaan anda. “Berani mendekati objek, dan jangan sampai aktifitas kita menarik perhatian objek. Akibatnya dia (fotografer) itu akan kehilangan moment yang menarik,” jelasnya. Tetapi kalau bisa mendekati tanpa mengganggu objek, lanjut dia, foto ini akan tampil natural.
Selain itu, Tuti juga memberi informasi bagaimana mendapatkan foto yang baik. Menurutnya, fotografer harus bisa mengenali dengan baik kamera yang akan digunakannya, fotografer harus juga mempunyai ilmu fotografi yang memadai, dan dia juga harus banyak memotret, serta banyak melihat foto yang bagus. Selanjutnya, kata dia, membaca buku atau majalah fotografi, dan mempunyai banyak teman fotografi, serta secara teratur mengikuti pelatihan fotografi harus diikuti pula oleh para fotografer.
Tak kalah pentingnya, lanjut Tuti, saat meliput fotografer harus memastikan semua peralatan bekerja dengan baik, datang lebih awal sebelum acara dimulai, mengetahui jadwal acara secara rinci, dan mengetahui orang-orang penting dalam acara tersebut, serta fotografer harus mengetahu layout ruangan secara pasti, dan kondisi kesehatan harus fit supaya bisa mengambil foto dengan baik.
Setelah pembekalan materi yang dimulai sekitar Pukul 09.00-12.00, narasumber mengajak para peserta untuk praktek atau melakukan secara langsung pemotretan, dengan harapan para peserta, di samping mengetahui secara teori, juga mengetahui secara langsung bagaimana memotret dengan baik objek-objek yang ada ditempat pemotretan. Tempat pemotretan mulai dari ruang sidang dan sekitarnya sampai di depan gedung MK. (Shohibul Umam/mh)