Kencangnya wacana calon independen, khususnya dalam pemilihan presiden, mengindikasikan bentuk perlawanan terhadap politik oligarkis, dan bisa pula merupakan turunnya kepercayaan publik terhadap partai politik. Faktanya, kini tidak sedikit kepala daerah yang terpilih merupakan calon dari jalur independen atau perseorangan.
Mananggapi pandangan tersebut, Ketua Mahkamah Konstitusi Moh. Mahfud MD, mengungkapkan bahwa adanya calon independen merupakan alternatif penyempurnaan demokrasi. Karena, ada keinginan dari masyarakat agar pintu aspirasi tidak hanya melalui satu pintu saja, yakni melalui parpol. Oleh karenannya, wacana tersebut merupakan hal yang wajar, apalagi dalam konteks perbaikan sistem ketatanegaraan ke depan.
Namun, kata Mahfud, di samping itu indikasi bahwa adanya kekecewaan terhadap parpol juga tidak dapat dielakan. Karena kini, kepemimpinan di tubuh parpol cenderung oligarkis, bahkan koruptif.
Akan tetapi, meskipun begitu, lanjut Mahfud, peran dan keberadaan parpol tetap harus diperkuat. Menurutnya, pencalonan seorang presiden tetap harus melewati parpol. “Pencalonan melalui parpol itu sudah benar,” ujarnya menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Hari dari Majalah Target Buser, pada Kamis (16/2) di ruang kerja Ketua MK.
Mahfud melanjutkan, kesalahan fatal jika kekecewaan terhadap parpol dijadikan alasan untuk merubah sistem yang ada. “Jangan membongkar sistem yang sudah bagus,” tuturnya. Sebab, ia melanjutkan, kalau negara ini mau lebih baik, maka jangan memperlemah parpol, melainkan perbaiki kondisi parpolnya. “Sehatkan parpolnya.”
Bahkan menurutnya, keberadaan parpol dalam sebuah negara yang demokratis sangat vital. Bahkan, jika harus memilih, dia lebih memilih ada parpol meskipun jelek, daripada tidak ada parpol. “Parpol itu pilar demokrasi,” tegasnya.
Meskipun, dia juga mengakui bahwa memang kekuasaan itu cenderung diselewengkan. Apalagi parpol berada sangat dekat dengan kekuasaan dan penuh dengan kepentingan-kepentingan politis. “Semua orang punya potensi untuk korup,” ingatnya.
Dia pun menganalisis, kondisi yang kini terjadi merupakan kombinasi dari dua hal negatif, yakni kegagalan sebuah proses penyempurnaan bertemu dengan bobroknya mental. Inilah yang memperparah kondisi negara saat ini.
Salah satu penyebab utamanya, kata Mahfud, adalah menejemen pemerintahan yang tidak jalan. Negara pun kemudian terancam “empat dis”. Pertama, disorientasi. Di mana negara seolah tanpa tujuan, tanpa orientasi. Dampaknya, masyarakat pun akhirnya frustasi, dan muncullah distrust. “Distrust, tidak adanya kepercayaan,” ujarnya. Setelah terjadi distrust, lahirlah disobedient, perlawanan. Hingga akibat terburuknya, terjadi disintegrasi.
Tentu saja, kita semua tidak menginginkan hal itu terjadi. Oleh sebab itu, Mahfud mengingatkan, sebaiknya kita sebagai bangsa secepatnya sadar. Salah satunya, dengan memperjelas orientasi negara ini. “Tegaskan orientasinya,” imbuhnya.
Selain bicara tentang persoalan tersebut, dalam kesempatan yang sama, Mahfud juga mendapat berbagai pertanyaan. Diantaranya terkait kondisi sosial dewasa ini, perkembangan penegakan hukum, hingga tanggapan Mahfud atas hasil poling Majalah Target Buser yang menempatkan Mahfud pada posisi teratas dalam bursa pencalonan Presiden 2014 nanti. (Dodi/mh)