Menjadi kaum minoritas di lembaga peradilan tak menyurutkan semangat umat kristiani yang ada di Mahkamah Konstitusi merayakan Natal tahun 201. Umat kristiani di lingkungan keluarga besar MK menyelenggarakan syukuran tahun baru 2012, Kamis (19/1) sore. Bahkan, mereka yang berjumlah puluhan terlihat antusias dan khidmah dalam menjalankan ibadahnya.
Terlebih lagi, perayaan Natal yang sudah dijalankan setiap tahun ini bertambah bermakna dan penuh semangat ketika Hakim Konstitusi Maria Farida Indrati memberikan motivasi kepada jamaah. Maria mengatakan, bahwa umat kristiani tidak boleh takut dalam menghadapi sesuatu, walaupun minoritas. “Jangan takut, kita sedikit, tetapi kita bisa menjadi garam dan terang di antara kita. Percayalah Tuhan tidak meninggalkan kita. Apapun yang terjadi, Tuhan akan selalu memberikan kita sesuatu yang lebih baik,” ajaknya.
Kalau pada tahun yang lalu, ada sesuatu yang tidak menyenangkan hati, lanjut Maria, kita berdoa kepada Tuhan semoga di tahun yang akan datang kita diberi karunia. Kemudian walaupun minoritas tidak melakukan yang berarti. “Kalau garam itu terlalu banyak juga tidak baik, ntar kasinan. Walaupun sedikit, tunjukan kita bisa,” imbuhnya.
Kadang-kadang manusia merasa tidak ada yang benar dalam hidupnya. Terkait dengan persoalan tersebut, hakim konstitusi perempuan pertama ini menjelaskan, bahwa jangan bersedih dan kecewa. “Mari kita eratkan dan kita padukan kerukunan di antara kita, supaya kerukunan itu bisa menyebar di seluruh lembaga ini dan di luar lembaga ini. Sehingga kita bisa menyandang citra sebagai lembaga penegak hukum yang baik,” ajak Guru Besar Universitas Indonesia, Jakarta ini.
Selain itu, Maria juga menyoroti perkembangan yang terjadi di lembaga MK. Sampai sekarang MK dikenal sebagai lembaga yang dipercaya oleh rakyat. Namun, ia menyadari kalau tidak ada dukungan dari kaum minoritas itu, hal tersebut tidak akan terjadi. “Semua tidak akan terjadi apabila tidak ada jerih payah dari bantuan kita di sini,” tegasnya.
Terlebih lagi, kata Maria, umat kristiani harus saling membantu dan saling menguatkan. Walaupun Tuhan memberikan sesuatu yang tidak baik untuk kita, janganlah kita kecewa, dan tetap syukuri apa yang ada. “Dan kita eratkan persatuan kita ini, jangan merasa hanya ada satu hakim konstitusi dari umat kristiani, kita ditinggalkan Tuhan,” kata Maria kembali menyakinkan.
Lebih penting lagi, menurut Maria, Tuhan sudah mengatakan, “ketuklah pintu saya, maka saya akan membukakan pintu.” Maksudnya bahwa mintalah, maka Tuhan akan memberikan. “Oleh karena itu, walapun kita sedikit, tetapi jangan merasa kita berbeda dengan yang lain. Jangan sampai berperilaku, kalau ada sesuatu yang tidak mengenakkan kita langsung cemberut. Kita harus yakin, apa yang diberikan kepada kita adalah anugerah dari Tuhan,” ajaknya.
Perayaan Natal yang bertema, “Bangsa yang Berjalan di Dalam Kegelapan Telah Melihat Terang yang Besar,” (Yesaya 9:1a) dan bersub tema, “Dengan Terang Kristus Kita Tingkatkan Peran MK dalam Mengawal Demokrasi dan Menegakkan Keadilan Menuju Bangsa yang Lebih Baik” sebelumnya disampaikan oleh Pdt. Eliver Radjagoekgoek. Terkait “Refleksi Natal” disampaikan oleh Pastur Franz Magnis-Suseno. (Shohibul Umam/mh)