Hari Ibu merupakan peringatan terhadap nilai-nilai perjuangan kaum perempuan Indonesia yang mendambakan nilai persatuan dan kesatuan Indonesia, nilai kebangsaan Indonesia, nilai kemerdekaan Indonesia, nilai kasih sayang ibu Indonesia dan nilai kerelaan berkorban untuk berjuang membangun Indonesia. Demikian disampaikan Sekjen Mahkamah Konstitusi (MK) Janedjri M. Gaffar sebagai Pembina Upacara pada Peringatan Hari Ibu, Kamis (22/12) pagi di Mahkamah Konstitusi (MK)
“Peringatan Hari Ibu 2011 memfokuskan pada aspek ekonomi, sehingga kaum perempuan Indonesia dari berbagai latar belakang budaya, agama dan status sosial dapat melakukan introspeksi kembali terhadap upaya dan perjuangan yang telah dilakukan kaum perempuan di bidang ekonomi dalam rangka perbaikan kualitas hidup perempuan dan anak, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia,” ungkap Janedjri yang membacakan sambutan.
Dikatakan Janedjri, partisipasi perempuan di bidang ekonomi dalam kesetaraan dan keadilan gender yang juga merupakan bagian dari perjuangan gerakan perempuan Indonesia harus menjadi perhatian kita di era globalisasi dan persaingan yang semakin menekan, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia.
Janedjri melanjutkan, dengan semangat nilai-nilai perjuangan kaum perempuan Indonesia dan perhatian pada aspek ekonomi untuk memperkuat ketahanan nasional, diadakan Peringatan Hari Ibu ke-83 pada 2011 dengan mengambil tema “Peran Perempuan dan Laki-Laki dalam Membangun Ketahanan Ekonomi Menuju Kesejahteraan Bangsa”.
“Disadari oleh kita semua, perjuangan untuk mewujudkan kemajuan dan pemajuan kaum perempuan Indonesia belum berhasil sepenuhnya apabila kita masih melihat perempuan Indonesia hanya sebagai obyek pembangunan, bukan sebagai subjek pembangunan,” urai Janedjri.
Selain itu, lanjut Janedjri, perempuan Indonesia harus dilihat sebagai aset pembangunan yang potensial, sehingga harus menggerakkan agar potensi-potensi diri kaum perempuan didorong untuk mengisi kemerdekaan dan membangun hari depan Indonesia yang lebih baik.
“Selanjutnya kita juga perlu melihat kaum perempuan Indonesia sebagai ibu dari anak-anaknya yang melalui peran utamanya akan dapat membangun karakter bangsa, jati diri bangsa dan budi pekerti bangsa, agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang dihormati, mempunyai jati diri, setara dengan bangsa lain untuk ikut mengukir peradaban manusia dan dunia,” papar Janedjri.
Oleh karena itu, agar semua pihak berperan meningkatkan kemitraan perempuan dan laki-laki dalam membangun ketahanan ekonomi rumah tangga menuju kesejahteraan bangsa, serta mendorong terwujudnya keadilan dan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Di samping itu, meningkatkan peran serta lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam meningkatkan produktivitas ekonomi perempuan, termasuk industri rumah tangga guna menanggulangi kemiskinan,” pungkas Janedjri di hadapan para pejabat dan pegawai MK. (Nano Tresna A./mh)