Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Moh. Mahfud MD selaku Ketua Umum Pusat Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia (IKA UII) meresmikan Rumah Sekretariat (kantor) Pengurus Wilayah Jakarta dan Perwakilan Pengurus Pusat IKA UII, di Jakarta, Minggu (4/12), siang. Acara ini, dihadiri oleh ibu Zaizatun Nihayati Mahfud MD, Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas, Rektor UII Edy Suwandi Hamid, Pimpinan Wilayah Jakarta IKA UII Halim Alamsyah, dan Perwakilan Pengurus RT/RW setempat, serta dihadiri juga ratusan alumni di Wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Dalam awal sambutannya, Mahfud MD menitipkan anggota alumni dan Rumah Sekretariat IKA UII kepada pengurus RT/RW setempat. Menurutnya, sejak diresmikan Rumah Sekretariat ini, sejumlah kegiatan akan diadakan. “Oleh karena itu, sebagai pengurus RT dan RW, bapak mempunyai legalitas untuk melakukan hal apapun, dan secara hukum harus ditindak. Bapak juga mempunyai legalitas untuk mengatur, dan mempunyai sesuatu yang harus ditaati oleh kami,” imbuh Mahfud.
Selain itu, Mahfud juga mengatakan kepada alumni, khususnya masyarakat setempat, mengapa UII bisa sebesar ini sebagai universitas Islam? Karena, menurutnya, dahulu Universitas ini memang didirikan oleh bung Karno dan bung Hatta, dan tokoh-tokoh Islam yaitu Wahid Hasyim, dan Abdul Kahar Muzakkir selaku Rektor pertama UII. Semula, menurutnya, mendirikan Universitas UII berada di Jakarta. Kemudian, setelah Indonesia diserang oleh Belanda tahun 1946, UII berpindah ke Yogyakarta, karena Presiden, dan para menteri-nya yang menjadi dosen juga pindah ke sana.
Oleh sebab itu, dengan melihat sejarah berdirinya UII, Mahfud menginginkan, sebagai universitas Islam, UII bertugas untuk meng-Indonesiakan Islam, dan bukan meng-Islam-kan Indonesia. “Dan itu berbeda,” kata Mahfud. Meng-Indonesi-kan Islam artinya adalah membawa Islam ke tengah-tengah masyarakat Indonesia yang mempunyai budaya, yang memang sejak awal plural.
“Jadi Islam di bawah sebagai rohmatal lilalamin, supaya Indoesia menjadi negara yang bernafaskan Islam,” jelas Mahfud. Oleh karena itu, lanjutnya, banyak orang mengatakan bahwa negara islam memberlakukan hukum Islam, tetapi Mahfud tidak setuju dengan istilah itu. Yang ia setujui adalah adalah negara Islami, dan hukum juga yang Islami. “Sehingga tidak terlalu formal tetapi nilai-nilai subtansinya itu masuk,” pungkasnya.
Selain berbicara subtansi dari nilai-nilai Islam, Mahfud juga menceritakan sudah adanya pengakuan tentang keberadaan agama Islam di Indonesia. Menurutnya, Pada zaman dahulu, Islam tidak hadir dalam proses pengambilan keputusan publik. Karena Islam dahulu, di anggap “udik” atau kampungan, dan menakutkan. Tapi sekarang, Islam sudah menjadi tuan rumah di negeri ini, karena faham Islam yang moderat seperti meng-Indonesia-kan Islam. “Sehingga Islam bisa masuk ke tengah-tengah masyarakat Indonesia,” jelas Guru Besar UII tersebut.
Dalam akhir penyampaiannya, Mahfud selaku Ketua Umum berpesan kepada seluruh Pengurus IKA UII. Pertama, IKA UII tidak berpolitik, dan melarang kalau ada dukung-dukungan ke partai politik. Dan kedua, sebagai Alumni UII, kita mempunyai tugas untuk membawah nilai-nilai UII yang berorentasi pada kerja yang benar sehingga cita-cita akan bisa dicapai karena kerjaan kita bagus. Pesan terakhir, kata Mahfud, dalam nilai-nilai ke-UII-an, kita harus membantu apabila suami dan istri kita bekerja. “Jangan digangu pekerjaan mereka, jangan di perjualkan jabatan baik jabatan suami ataupun istri,” pesan Mahfud.
Sementara, dalam tausiyah yang disampaikan oleh Busyro Muqoddas, ia menyitir doa dari Nabi Ibrahim bahwa “berikan aku hikmah dan masukan aku dalam golongan orang-orang soleh ketika aku tidak menjabat lagi.” Doa seperti itu, benar-benar nyata ketika tokoh UII Abdul Kahar Muzakkir wafat. Dalam peristiwa itu, banyak yang bertakziyah ke sana. “Allahuakbar, yang bertakziah ke Kota Gede (jenazah disemayankan) luar biasa banyaknya, sampai saya sendiri tidak bisa masuk,” ungkap Busyro. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Pak Kahar adalah salah satu sosok yang benar-benar berwibawa, “bukan persoalan jabatanya tetapi keteladannya.”
Sebelum itu, sambutan mewakili UII disampaikan oleh Edy Suwandi Hamid. Dalam penyampainya ia mengatakan bahwa dengan adanya kantor ini, paling tidak akan bermanfaat dalam konteks komunikasi antar Alumni, dan untuk bisa menjalin silaturahmi yang lebih baik, serta menjalin networking. Tempat ini, menurutnya, bisa juga membahas isu-isu lokal yang terkait dengan ke-UII-an dan pendidikan. (Shohibul Umam/mh)