Tidak seperti biasanya para guru memberi ujian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terhadap anak didiknya. Kali ini, mereka melaksanakan ujian dan berlomba di hadapan para juri yang berjumlah 20 orang untuk mendapatkan Anugerah Konstitusi bagi guru berprestasi tingkat nasional tahun 2011 dengan tema, “Seleksi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2011.” Dalam hal ini, acara ini terselenggara berkat kerja sama antara MK dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama tersebut yang dilaksanakan selama tiga hari di Gedung MK dan hotel Alila, jakarta, (20-22/11).
Pada hari pertama, para peserta yang berjumlah 45 orang, terdiri dari 15 orang dari tingkat SD/MI, kedua dari tingkatan SMP/MTs, dan yang terakhir pada tingkatan SMA/MA/SMK yang berjumlah 15 orang, melakukan ujian pertamanya yaitu ujian tulis. Hal tersebut, dilakukan di Gedung MK, Jakarta, Minggu (20/11) malam, Pukul 17.00 WIB.
Sedangkan hari kedua dan ketiga, tim juri menggelar ujian presentasi atau interview terhadap para peserta. Ujian tersebut dilakukan di tempat yang berbeda-beda sesuai dengan tingkatan masing-masing. Dalam hal ini, seluruh peserta diminta untuk membawakan materi yang sesuai dengan tema yang ingin diangkat, termasuk para guru yang berasal dari tingkat pertama yaitu SD dan MI.
Sebagai contoh, ibu Lilik Fatkhu Diniyah dari MI Al-Iman, Magelang, Jawa Tengah mengangkat tema, “Teknik Membangun Kesadaran Berkonstitusi Bagi Siswa MI Al-Iman Melalui Berbagai Model dan Media Pembelajaran.” Dalam tema tersebut, Lilik menyampaikan kepada para dewan juri dengan gamblang bagaimana cara menerapkan sistem dari berbagai model dan media pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran berkonsitusi.
Sistem tersebut, menurutnya, sudah dikelola oleh sekolahnya selama ini, tetapi dinilai belum sepenuhnya kondusif untuk meningkatakan pembelajaran PKn, khususnya pembelajaran penanaman kesadaran berkonstitusi dana kesadaran hukum. “Oleh karena itu, sangat penting menciptakan media dan menerapkan model-model pembelajaran agar proses belajar menyenangkan, mengasyikan, sekaligus mencerdaskan,” papar Lilik selaku guru MI Al-Iman Magelang Jawa Timur.
Kemudian, pada tingkatan SMP dan MTs, para peserta yang berjumlah 15 orang juga melakukan interview kepada dewan juri. Dalam isi pemaparan pada salah satu peserta yaitu Rr. Amani Sri Marhaeni Ernawati selaku guru SMP N 2 Godean Sleman, Yogyakarta. Dalam penyampaiannya, ia mengangkat tema tentang “Meningkatkan Kesadaran Bela Negara Melalui Potensi Guru.” Dengan tema tersebut, ia berharap bisa menumbuhkan rasa memiliki pada bangsa Indonesia, Meningkatkan kesadaran bela negara, dan meningkatkan rasa nasionalisme.
Lebih lanjut, Amani mengatakan bahwa dalam program tersebut, Upaya untuk meningkatkan kesadaran bela negara melalui profesi guru ternyata sangat efektif karena lebih banyak orang yang mau mendengar dan melaksanakannya, “Meskipun terdapat banyak kendala. Namun dengan tekad dan kemauan yang kuat semua itu dapat teratasi,” jelas Amani.
Untuk tingkatan terakhir, yaitu tingkatan SMA/MA/SMK. Salah satu peserta yaitu Guru MAN Surabaya, Jawa Timur, Wiwin Siswinarni membawah tema “Implementasi Konstitusi dalam Pembelajaran PKn.” Dalam hal ini, ia mengatakan bahwa apabila ada siswa yang tidak mematuhi tata tertib sekolah yang bisa disebut dengan konstitusi atau peraturan sekolah, maka siswa tersebut akan diberikan sanksi, di mana pada tingkatan terakhir orang tua siswa dipanggil untuk mencari solusi apa yang harus dilakukan terhadap anak yang bersangkutan. “Sehingga Teknik Merancang pembelajaran PKn yang berorientasi pada pendidikan nilai dan pendidikan moral pancasila bisa diterapkan di lingkungan sekolah,” tutur Wiwin.
Setelah ujian selesai, banyak pesan-pesan yang disampaikan oleh para peserta yang pada umumnya mereka berharap kegiatan seperti ini terus bisa dikembangkan supaya anak didik lebih sadar dalam berkonstitusi. “kagiatan ini sangat baik untuk diteruskan dan dikembangkan lagi supaya anak lebih sadar dalam apa yang dimaksud dengan konstitusi,” harap Guru SMAN 1 Jakarta Ujang Suherman terhadap MK. (Shohibul Umam/mh)