Indonesia adalah sebuah bangsa yang menganut ideologi Pancasila yang mana kebanyakan orang masih meyakini kalau Pancasila itu masih sakti karena selalu lolos dari berbagai upaya untuk meniadakannya, dan selalu menjadi tempat kembali kalau bangsa Indonesia mengalami konflik berkepanjangan. Demikian disampaikan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Moh. Mahfud MD pada saat menyampaikan tausiyah di Pondok Pesantren Al-Gazhali, Bogor, Sabtu (1/10).
Lebih lanjut Mahfud MD mengatakan Pancasila tahun 1965, meskipun sekurang-kurangnya dianut oleh orde baru, tetapi ada upaya PKI untuk menggali Pancasila dengan Ideologi komunisme, namun Pancasila tetap menang. Kemudian pada zaman Reformasi, ketika terjadi perubahan sistem dan struktur ketatanegaraan, banyak orang yang melakukan perang (demonstrasi) yang mengatakan bahwa apakah Pancasila harus diganti atau tidak? Tetapi Pancasila menang lagi. ”Oleh sebab itu, jangan berfikir Pancasila digantikan dengan yang lain, tidak bakalan menang. Dan, itulah letak Pancasila dikatakan sakti,” ucap Mahfud MD di hadapan sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama, termasuk istri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah, Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid, dan ratusan santri Ponpes Al-Gazhali.
Mahfud MD dalam kesempatan tersebut juga mengatakan bahwa ada empat hal yang menjadi pedoman dan landasan dari ideologi Pancasila yang kemudian melahirkan empat penuntun serta pembimbing dalam hidup berbangsa dan bernegara. Pertama, pemerintah-rakyat dan semua integrasi bangsa, termasuk integrasi territorial dan integrasi ideologi. ”Oleh karena itu setiap tindakan untuk memecah ideologi atapun teritorial itu harus dilawan,” jelasnya. Kedua, kata Mahfud, membangun negara harus berdasarkan demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (kedaulatan hukum). Sementara hal yang ketiga adalah menuntun untuk hidup, serta menjunjung keadilan sosial. Dan keempat, Mahfud MD mengutip bahasa Bung Karno, yaitu toleransi beragama yang beradab, yaitu harus menghargai perbedaan sebagai sesuatu yang fitrah.
Di samping menjelaskan arti sebuah ideologi Pancasila, Mahfud juga memaparkan betapa pentingnya peristiwa jatuhnya kota Yerusalem ke tangan orang Islam. Menurutnya, kota Yerusalem merupakan kota suci, dan menurut orang Yahudi, kota Yerusalem adalah kotanya orang Yahudi karena yang membangun kota Yerusalem adalah Raja Sulaiman dari keturunan Nabi Musa AS. Sedangkan menurut orang kristen atau katolik menganggap kota Yarusalem adalah kota suci mereka karena dahulu Bunda Maria menyepi di sana sebelum melahirkan Yesus. ”Namun, di dalam Al-Quran mengatakan bahwa Siti Maryam merupakan orang yang sangat baik, orang sangat soleh, dan peristiwa tersebut disebutkan juga dalam Al-Quran,” jelas Mahfud.
Untuk itu, menurut Mahfud, ada tiga agama besar yang mengklaim Yerusalem adalah kota suci milik mereka. Walaupun begitu, selama ratusan tahun tiga agama tersebut masih rukun. Sampai akhirnya pada tahun 999, agama tersebut pecah dan terjadinya perang salip. Dalam hal ini, ketika Islam menaklukan Yerusalem, lanjut Mahfud MD, Khalifah Umar Bin Khattab datang ke Yerusalem yang mana kebetulan walikotanya orang Islam. Kemudian Walikota tersebut berkata, ”Saya akan menyerahkan kunci Yerusalem ke Khalifah Umar sendiri, tidak ke panglima perang yang telah menaklukkan kota Yerusalem.”
Setelah Umar tiba di sana, pada saat itu tiba waktunya salat dhuhur, dan Pastur yang ada di sana berkata kepada Umar, ”Silakan untuk melakukan salat dhuhur di Masjid Al-Aqsha.” Tetapi Umar bilang, ”Saya tidak mau salat di masjid itu, tetapi di tanah kosong.” Kemudian ada sahabat berkata kepada Umar kenapa Anda tidak mau sholat di masjid mulia ini? dan Umar menjawab, ”Kalau saya salat di masjid, di kira saya ingin menguasai masjid ini sendirian, nanti di kira kota suci Yerusalem dianggap kota suci Islam, padahal ini milik kita bersama,” kata Mahfud MD mengutip perkataan Umar Bin Khattab.
Dalam akhir penyampaiannya, Mahfud MD menyitir pernyataan Imam Ghozali bahwa rakyat akan menghadapi masalah besar kalau pemerintahannya tidak benar. ”Rusaknya pemerintah bisa karena para ilmuwannya, para inteletualnya, dan ulamanya sudah rusak. Oleh karena itu, kalau Anda ingin menyelamatkan ini semua adalah dengan spirit Pancasila,” ucapnya. (Shohibul Umam/mh)