Jakarta, MK Online - Kita harus tetap optimis. Apapun kondisi dan keadaan bangsa saat ini, optimisme tetap harus selalu ada dalam menatap masa depan. Separah apapun terpuruknya negara ini, optimisme jangan pernah lari dari sanubari kita. Setidaknya, dari sekarang kita mulai melakukan atau memberikan sesuatu kepada negeri ini. “Jika kita mau, kita bisa,” tegas Ketua Mahkamah Konstitusi Moh. Mahfud MD dalam sambutannya sebagai keynote speaker dalam peluncuran dan bedah buku “Cerita Di Balik Berita: Jihad Melawan Mafia” dan “Indonesia Optimis” karya Denny Indrayana, Jum’at (7/10) di Auditorium Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina.
Hadir sebagai pembedah, Wimar Witoelar, Teten Masduki, Bambang Widjojanto, dan Febri Diansyah. Rosiana Silalahi bertindak sebagai moderator. Tampak hadir pula pada kesempatan itu, Rektor Universitas Paramadina Anis Baswedan, Ketua PPATK Yunus Husein, Maria SW Soemardjono, serta Angota Dewan Perwakilan Rakyat Ganjar Pranowo.
Menurut Mahfud, dalam bukunya kali ini, Denny menegaskan bahwa dirinya tak berubah. Bahwa Denny, kata Mahfud, “masih seperti yang dulu”. Denny yang aktivis pergerakan prodemokrasi, pejuang antikorupsi dan penegakan hukum. “Denny Indrayana tetaplah aktivis yang idealis, kritis dan pemberang,” tulisnya. “Hanya cara dan iramanya saja yang agak berbeda.”
Mahfud menegaskan, berjuang bisa dilakukan di ranah mana saja, termasuk masuk kedalam sistem. Seperti yang dilakukan oleh Denny sekarang. “Tidak harus di luar, berjuang juga bisa dari dalam,” katanya. Untuk diketahui, Denny yang dulunya sempat menjabat sebagai Ketua Pusat Kajian Anti (PuKAT) Korupsi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini sekarang menjabat sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Hukum, HAM, dan Pemberantasan Korupsi.
Namun, Mahfud mengingatkan, perlu ada beberapa syarat yang harus dipegang teguh, terutama saat berjuang dari dalam. Salah satunya, adalah “jangan tukar posisi dengan idealisme,” ujarnya. Hal ini pula yang dipesankan oleh Mahfud kepada Denny saat mau menerima pinangan Presiden sebagai staf khusus.
Selain itu, Mahfud juga mengingatkan, selama masih punya kuasa, maka jangan takut untuk melakukan apa yang diyakini benar. Seperti dirinya, sebagai Ketua MK, akan selalu berupaya untuk berani dan berpihak kepada kebenaran demi mewujudkan keadilan. Ia mengibaratkan, selama dia masih memegang palu, maka dia akan menggunakan palu tersebut untuk menggebuk ketidakadilan. “Kalau perlu saya pukulkan juga palunya (kepada orangnya),” candanya, yang disambut tepuk tangan dan tawa peserta.
Menurut Mahfud, sudah sepatutnya juga kita malu kalau semangat reformasi yang dulu telah diperjuangkan bersama oleh rakyat, malah dikhianati oleh para tokohnya sendiri. “Malu kalau kita jauh lebih brengsek,” ujarnya.
Faktanya, sambung Mahfud, saat ini korupsi sudah masuk kedalam jantung keuangan negara bahkan banyak yang membela korupsi atas nama demokrasi dan penegakan hukum. “Banyak korupsi berlindung melalui formalisme hukum,” tuturnya.
Disamping itu, Mahfud mengingatkan, janganlah kita juga menutup mata pada prestasi dan capaian-capaian positif yang telah ditorehkan selama reformasi berjalan, khususnya oleh Presiden SBY dan kabinetnya. Mahfud mencatat, setidaknya ada kemajuan dalam hal penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan kebebasan pers. Pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi, dewasa ini lebih bersifat horizontal. Tidak lagi secara vertikal, dari penguasa kepada rakyatnya. “Yang ada saat ini pun adalah sisa masa lalu,” paparnya. (Dodi/mh)