Jakarta, MK Online - Ketua Mahkamah Konstitusi Moh. Mahfud MD di hadapan para santri Pondok Pesantren Raudlotul Ulum di Desa Gayungan, Trangkil, Pati, Jawa Tengah, mengingatkan negara hancur jika ulama dan intelektualnya rusak. Negara juga akan rusak jika kaum perempuannya rusak. “Jika sudah seperti itu, negara ini akan dibawa kemana?” kata Mahfud khawatir atas kondisi bangsa yang disampaikannya dalam acara Harlah ke-62 Ponpes Roudlotul ulum dan Haul ke-33 Almarhum Kyai Suyuti Abdul Qodir, Minggu (2/10) kemarin.
Melihat dunia pendidikan yang ditekankan kemampuan otak, menurut Mahfud, pendidikan tidak hanya itu, namun juga harus dapat membentuk watak. Karena orang yang tidak memiliki watak yang baik, jika dia mendapatkan suatu jabatan, maka dia akan memanfaatkan jabatan tersebut agar dia dapat melakukan korupsi.
Harus diakui, ada yang salah dengan dunia pendidikan saat ini. Padahal, konstitusi menyatakan negara harus mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan berarti mencerdaskan otak dan mencerdaskan watak. Dan negara akan hancur jika pemimpinnya hanya memiliki kecerdasan otak, tanpa disertai dengan kecerdasan watak di dalamnya.
Kepada para hadirin, Mahfud mengungkapkan dirinya selalu merasa senang jika berkunjung ke pesantren-pesantren, karena mengingatkan dirinya akan masa kecilnya. Berbicara mengenai pesantren, papar Mahfud, lulusan pesantren dulu sulit menjadi pejabat karena dicurigai dan didiskriminasi. Akan tetapi saat ini banyak lulusan pesantren yang bisa menjadi pejabat. Dan pada jaman reformasi ini, pesantren masa depannya sudah tidak gelap lagi, sehingga kalangan pesantren bisa ikut berperan menyelamatkan pemerintahan. (hamdi/mh)