Jakarta, MK Online - Idul Fitri adalah kembali ke asal kejadian sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang suci dan bertauhid. Oleh karena itu, implikasi dari bertauhid adalah bersosial dan berpolitik. Demikian disampaikan oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Moh. Mahfud MD saat memberikan (tausiyah) dalam acara Silaturahmi Idul Fitri (halal bihalal) Keluarga Besar Al-Irsyad Al-Islamiyyah, di Jakarta, Kamis (22/9). Mahfud MD dalam kesempatan itu juga mengajak kepada para hadirin untuk kembali ke tauhid yaitu ber-Iman, ber-Islam, dan ber-Ihsan sesuai dengan asal kejadian manusia yang sudah diikrarkan dihadapan Allah SWT.
Hadir dalam acara tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, perwakilan Duta Besar negara sahabat, dan sejumlah Pejabat Negara, serta ratusan pimpinan tokoh dan jamaah Al-Irsyad Al-Islamiyyah.
Mahfud MD dalam tausiyahnya juga mengatakan bahwa apabila Idul Fitri dimaknai sebagai kembali ke asal kejadian, maka itu bisa dikaitkan dengan banyak hal, termasuk asal mula berdirinya Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Menurutnya, organisasi tersebut didirikan oleh Syekh Ahmad Surkati. Di mana pada saat Syekh Ahmad Surkati menjadi pengajar di Jamiat Al-Khair, dengan pemikiran yang progresif, Syekh Surkati melawan arus dan berkata bahwa manusia itu sama di hadapan Allah SWT, tidak dibedakan oleh kulit, etnis ataupun keturunan. Oleh sebab itu, Syekh Ahmad Surkati akhirnya mendirikan organisasi Islam yang diberi nama Al-Irsyad Al-Islamiyyah.
Dengan organisasi tersebut, menurut Mahfud MD, Syekh Ahmad Surkati mengilhami gerakan proklamasi kemerdekaan dengan berteriak lantang bahwa orang Indonesa adalah sederajat dengan orang lain, sederajat dengan Belanda, maupun orang Jepang. “Oleh sebab itu, Bung Karno mengatakan bahwa Syekh Surkati telah mengilhami dan telah memberikan sumbangan banyak terkait dengan kelahiran bangsa dan negara Indonesia,” tuturnya.
“Jadi, Syekh Surkati jasanya tidak kurang dari jasanya Bung Karno yang terkenal sebagai Bapak Proklamator dan Bapak Bangsa. Dia (Soekarno; red) bicara terang-terangan bahwa saya belajar banyak dari Syekh Ahmad Surkati tentang nasionalisme, tentang martabat manusia di depan manusia lain, bahwa kita harus sama gagah berhadapan di depan siapa pun,” ucap Mahfud MD menceritakan betapa berjasanya Syekh Ahmad Surkati dalam memerdekaan bangsa Indonesia melalui ajaran-ajaranya.
Di sampinng menyinggung masalah Syekh Ahmad Surkati yang dengan gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Mahfud MD juga menyoroti terkait dengan peran politik umat Islam berdasarkan konstitusi. Menurutnya, walaupun ada orang yang berkata jangan berpolitik karena politik itu jelek dan kotor, tetapi seluruh perjuangan umat Islam di Indonesia itu justru melalui politik. “Tidak ada perjuangan kita tanpa perjuangan politik. Bahkan Nabi Muhammad SAW dalam upaya menegakkan tauhid juga melalui jalur politik. Faktanya manusia itu tidak lepas dari politik,” terangnya.
“Tinggal sekarang memilih model politik macam apa? Yang tidak boleh adalah berpolitik disamakan dengan partai politik. Orang melarang berpartai politik itu mungkin boleh, tetapi orang melarang berpolitik tidak boleh, karena berpolitik adalah fitrah.” ucap Mahfud MD.
Kenapa politik itu kemudian dibenci, kata Mahfud MD, karena politik sekarang berada pada kondisi politik yang kotor, dan ini yang sekarang terjadi. Menurutnya, sekarang ini banyak orang saling sandera, saling melakukan perselingkuhan politik untuk saling melindungi kesalahan-kesalahan masing-masing orang, sehingga orang muak. “Oleh karena itu, bedakan antara partai politik dengan gerakan politik. Al-Irsyad Al-Islamiyyah itu bukan partai politik, tapi kalau gerakan politik, iya,” jelas Mahfud MD.
Oleh sebab itu, Mahfud MD mengatakan bahwa politik mempengaruhi kebijakan. Dalam hal ini, apabila orang mau menjalankan ajaran agama tidak mempunyai kekuatan dan gerakan politik, tidak ada jalan. Mahfud MD kemudian menyitir pendapat Imam Gozali yang mengatakan bahwa memperjuangkan agama dan mempunyai kekuasaan politik itu adalah dua saudara kembar. ”Tidak mungkin Anda bisa menghidupkan agama, tetapi Anda tidak mempunyai kekuasaan politik. Dan, akan lebih berbahaya kalau mempunyai kekuasaan politik, kalau tidak ada dasar agama,” tegas Mahfud MD. (Shohibul Umam/mh)