Ketua Mahkamah Konstitusi MK Moh. Mahfud MD menghadiri Halal Bihalal yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), pada Pukul 20:00, Selasa (20/9), di Gedung Pegadaian, Kramat Raya, Jakarta. Turut hadir dalam acara tersebut, di antaranya Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Taufik Kiemas, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal A. Helmy Faishal Zaeni, duta besar negara sahabat, dan sejumlah pejabat negara lainnya.
Di hadapan ratusan tokoh dan kader NU yang menghadiri acara tersebut, Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj, selaku tuan rumah dalam sambutanya mengatakan bahwa halal bihalal merupakan tradisi budaya umat Islam Indonesia. Bagi umat Islam diwajibkan untuk melakukan silaturahim, dan itu sudah dilakukan oleh bangsa Indonesia dengan mensinergi kan antara agama dengan tradisi leluhur warga Indonesia. ”Kalau itu tidak dilakukan, maka agama akan gersang,” ucap Said Aqil. Lebih lanjut Said Aqil menjelaskan dalam rangka mengamalkan kewajiban agama, sebuah tradisi dan budaya bangsa akan memperkuat dan melestarikan ajaran agama itu sendiri. Tanpa budaya, menurutnya, Islam akan kering dan akan ditinggal oleh pengikutnya.
Oleh karena itu, kata dia, bangsa Indonesia harus kembali ke fitrah, yaitu menjadi bangsa yang mempunyai jati diri, bangsa yang diciptakan oleh Allah SWT, dan bangsa yang plural. ”Karena bangsa Indonesia sudah bisa membangun selama 66 tahun dengan prinsip Pancasila bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika, serta UUD 1945,” jelas Said Aqil. Semua itu bisa bisa dilakukan, menurut Said Aqil, semenjak adanya perjuangan Soekarno, Hatta, Wahid Hasyim, Muhammad Yamin, dan seluruh pejuang-pejuang yang sudah memerdekakan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, fitra bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural, bangsa yang saling menghormati satu sama lain, baik antara etnis maupun antara agama. ”Itulah fitra bangsa Indonesia,” jelas Said Aqil.
Dalam kesempatan tersebut, Said Aqil juga mengkritis krisis ekonomi yang melanda dunia saat ini. Menurutnya, apa yang terjadi krisis yang terjadi sekarang ini sama dengan yang melanda pada tahun 1998 yaitu krisis yang berangkat dari krisis moral dengan maraknya kasus korupsi dan kolusi. ”Karena krisis dunia ini barangkat dari krisis moral, maka perlu diselesaikan dengan secara moral,” tuturnya.
Dengan kematangan bangsa Indonesia yang pernah mengalami masalah krisis, maka menurut Said Aqil, bangsa Indonesia sekarang ini relatif lebih aman dari ancaman krisis dunia ini. ”Oleh karena itu kita harus mensyukurinya. Dengan demikian diharapkan bisa mempertahankan kondisi dengan menjaga keutuan serta kerukunan bangsa,” harap Said Aqil.
Said Aqil juga menyoroti dan menyampaikan keprihatinan dengan adanya konflik Ambon, Papua, Makasar dan di beberapa daerah lainnya. Untuk itu, menurut dia, diharapkan semua pihak bisa menjaga diri dan waspada terhadap adanya provokasi, sehingga tidak terjadi lagi konflik antar-kelompok seperti yang terjadi pada tahun yang lalu. (Shohibul Umam/mh)