Jakarta, MK Online - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Moh. Mahfud MD dan Hakim Konstitusi Harjono, berbuka puasa bersama di kediaman Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Taufik Kiemas, Senin, (8/8). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) bekerjasama dengan Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) ini dihadiri oleh banyak tokoh nasional, diantaranya Megawati Soekarnoputri, Tjahjo Kumolo, Akbar Tandjung, Siswono Yudo Husodo, Ketua Harian PKMN KAHMI Viva Yoga Mauladi dan Ketua Umum Persatuan Alumni GMNI, Soekarwo.
Dalam jumpah pers bersama para tokoh, Mahfud MD mengatakan bahwa HMI dan GMNI, ibarat sepasang sepatu. “Indonesia tidak bisa berjalan dengan satu sepatu, maka dua-duanya harus dipakai. Sedangkan talinya, kaos kakinya, merupakan organisasi yang kecil-kecil,” terang Mahfud.
Oleh karena itu, Mahfud MD mengharapkan, pertemuan ini merupakan pertemuan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. “Ini harus dilanjutkan dan dikelola dengan sungguh-sungguh pada pertemuan-pertemuan yang akan datang,” pintanya.
Dalam kesempatan yang sama, Taufik Kiemas selaku tuan rumah mengucapkan terimakasih kepada alumni GMNI dan HMI atas terselenggaranya acara ini. Ia berharap kegiatan ini harus terus berlanjut. “Paling tidak sampai 2014 harus mempersiapkan kader-kadernya untuk membangun negara kita ke depan,”harapnya. Sementara Akbar Tandjung menegaskan bahwa seorang alumni mempunyai tanggung jawab untuk melanjutkan cita-cita dari masing-masing organisasi.
Viva Yoga Mauladi dalam kesempatan itu juga mengatakan bahwa disamping melakukan silaturrahim, kegiatan ini juga mengembangkan ide-ide besar dalam rangka membangun bangsa dan membangun negara.
Hal senada juga disampaikan oleh Siswono Yudo Husodo. Menururutnya, sungguh membanggakan dari alumni GMNI dan HMI bisa membuat pikiran-pikiran besar yang mengawal perubahan-perubahan yang terjadi di bangsa ini.
Sebelum jumpa pers, sambil menunggu waktunya berbuka, ada dua penceramah yang menyampaikan tausiah, yaitu Muhyar dan Alwan Nasution. Muhyar menekankan arti penting dari bulan ramadhan yaitu semakin memperkuat ukhuwah islaminyah. “Pada bulan ini kita menghilangkan perbedatan pendapat di antara umat Islam, sehingga kita bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat baik selama bulan ramadhan maupun setelah itu,” jelasnya.
Lebih lanjut Muhyar menyitir sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa perbedaan di kalangan umat Islam adalah rahmat. Ia melihat tafsir seperti itu perlu diluruskan karena akibatnya perbedaan pendapat sudah terjadi dari masa-masa awal perkembangan Islam dan sampai sekarang. “Oleh karenanya, perlu kita kaji kembali, karena jelas tidak sesuai dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang kita bangun bersama-sama,” terangnya.
Sementara Alwan Nasution menyampaikan tentang makna dari gambar di dada Garuda Pancasila. Menurutnya, sesungguhnya para bapak bangsa mempunyai visi yang jauh ke depan. Pancasila harus dihayati sampai ke lubuk hati yang paling dalam. “Bila Garuda Pancasila hanya se ekor burung, hanya sampai di dadanya, tetapi manusia-manusia Indonesia harus bisa masuk dalam lubuk hati yang terdalam,” pinta Alwan. (Shohibul Umam/mh)