Jakarta, MKOnline - “Islam itu turun sebagai agama kepedulian, bukan hanya pada bulan Ramadhan. Meskipun Rasulullah meningkatkan eskalasinya pada bulan Ramadhan, melalui sikap-sikap kepedulian sosial itu memang menjadi ajaran Islam yang sangat penting,” ungkap Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD dalam acara “Tabligh Akbar” di Pesantren Asshiddiqiyah, Tangerang yang disiarkan langsung TV One, Minggu (31/7) sore.
Ketika pertama kali ayat Al-Qur’an turun, dimulai dari Tauhid. Namun setelah itu, ayat-ayat Al-Qur’an yang turun di Mekah, berisi mengenai perintah menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat, agar peduli terhadap kehidupan masyarakat untuk maju secara bersama-sama.
“Agar kaum dhuafa terentaskan. Hal ini seperti dilakukan Rasulullah SAW yang meningkatkan eskalasinya untuk memperhatikan kaum dhuafa. Dalam sebuah riwayat disebutkan, setiap bulan Ramadhan, kepedulian sosial Rasulullah meningkat seperti meningkatnya angin puting beliung. Begitu cepat beliau melakukan tindakan untuk membangun kesejahteraan masyarakat,” urai Mahfud.
Mahfud melanjutkan, kalau kita mau menjalankan ibadah puasa dengan benar, tidak cukup hanya menahan lapar haus untuk diri kita sendiri, namun tidak memiliki empati atau ikut merasakan penderitaan orang lain.
“Dalam Surat Al-Ma’un, Allah SWT berfirman, ‘Tahukah engkau siapakah orang yang berdusta dalam beragama?” Mereka yang mengaku beragama, tetapi sebenarnya tidak beragama dengan sungguh-sungguh, adalah mereka yang tidak peduli terhadap kaum dhuafa, tidak peduli pada penderitaan orang miskin dan menyia-nyiakan anak yatim,” imbuh Mahfud.
Dikatakan Mahfud lagi, saat ini penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan, jumlahnya sekitar 13 persen. Sedangkan orang miskin di Indonesia, ada sekitar 11 persen. Dengan demikian, prosentase seluruhnya mencapai 24 persen dari penduduk Indonesia, atau kira-kira 55 juta kaum miskin di Indonesia.
“Di sinilah pentingnya kita menyadari bagaimana kita membangun keadilan sosial, karena sebenarnya Indonesia ini kaya raya. Seumpamanya di Indonesia, taruhlah seluruh korupsi bisa diberantas, maka angka kemiskinan di Indonesia akan menurun sangat signifikan,” tegas Mahfud.
Oleh sebab itu, lanjut Mahfud, kalau kita berkaca dengan ajaran Rasulullah SAW, terdapat dua level dalam upaya membangun keadilan dan membantu serta memiliki kepedulian terhadap kaum dhuafa.
“Level pertama adalah level personal, artinya setiap manusia bisa melakukan secara langsung, secara pribadi untuk membantu orang-orang miskin atau orang-orang yang menderita,” jelas Mahfud.
Mahfud menggambarkan pelaksanaan level pertama, seperti dialami oleh Rasulullah SAW saat beliau membeli celana baru. Usai membeli celana baru, hati Rasul terenyuh melihat orang miskin yang menderita, maka beliau pun memberikan celana yang baru dibelinya serta uang yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan bukti kepedulian sosial yang tinggi dari Rasulullah.
“Kemudian pada level kedua merupakan level struktural atau level negara. Level ini dilakukan oleh para pejabat dalam membuat kebijakan-kebijakan negara agar tercipta struktur yang adil, agar tidak terjadi sebagian orang ditindas oleh sebagian orang lainnya,” ucap Mahfud. (Nano Tresna A./mh)