Jakarta, MKOnline - Apa jadinya bila seorang pejabat tinggi yang terbiasa serius jalani profesi, tiba-tiba menjadi komedian dadakan? Tentu hal ini menjadi sesuatu yang berbeda dan di luar kebiasaan. Itulah yang dialami Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD saat melakoni tokoh Mahapatih Arya Tadah dalam ketoprak jenaka yang diselenggarakan pada ulang tahun Harian Sindo ke-6 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Kamis (7/7) malam.
Bagi Mahfud, penampilannya dalam kesenian rakyat, bukanlah yang pertama. Sebelumnya, ia juga ikut menjadi pemain dalam pagelaran musikal ludrukan dengan lakon Kartolo Mbalelo “Memandang Indonesia secara Jenaka”. Pada acara itu, selain Mahfud, tampil Wakil Ketua DPR Pramono Anung, Cak Kartolo, Inul Daratista, Djaduk Ferianto dan sejumlah seniman lainnya.
Namun yang terlihat pada pertunjukan ketoprak jenaka yang bertajuk “Sumpah Palapa Gajah Mada” itu, Mahfud mampu memerankan lakon dengan baik, bahkan mampu mengundang tawa penonton. Misalnya, saat ia menyebutkan nama Dyah Gayatri (diperankan oleh Meliani Leimina Wakil Ketua MPR) selaku ibunda Tribuana Tungga Dewi. Seraya berkelakar Mahfud menanyakan, “Raja apa Ratu ya, panggilannya?” Seloroh singkat Ketua MK ini pun kontan membuat penonton tertawa. Juga saat Mahfud tiba-tiba nyeletuk dan menyindir keberadaan Nazaruddin yang di kini sedang dicari, hal ini juga menimbulkan kelucuan bagi penonton.
Pertunjukan ketoprak jenaka semakin ‘hidup’ dan meriah dengan tampilnya sejumlah komedian, mulai dari Mamiek, Marwoto, Tarzan, Polo, Eko dengan celetukan, banyolan, cerita-cerita yang membuat penonton terhibur. Selain Mahfud MD, sejumlah tokoh nasional ikut serta jadi pelakon ketoprak jenaka tersebut. Di antaranya adalah Menpora Andi Mallarangeng, Wakil Ketua MPR Meliani Leimina, Ketua Umum IWAPI Nita Yudi, Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah, Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf, serta anggota DPR Tantowi Yahya.
Pertunjukan ketoprak jenaka ini digelar mulai pukul 21.00 WIB. Lakon cerita bermula ketika Ratu Gayatri Rajapadni (Meliani Leimina) diminta oleh para prajurit (komedian Tarzan, Eko Srimulat), Gajah Mada (Dede Yusuf), Adityawarman (Tantowi Yahya), Mahapatih Arya Tadah (Mahfud MD), Ra Kembar (Syafril Nasution), Ra Jabungtarawes (Sururi Alfaruq), serta masyarakat Majapahit untuk menjadi pemimpin kerajaan menggantikan suami yang telah meninggal.
Tetapi, ternyata Ratu Gayatri tak bersedia memegang tahta kerajaan karena sudah tua dan tidak layak. Padahal, kriteria untuk menjadi seorang ratu ada padanya. Banyaknya dorongan dari masyarakat serta orang-orang di kerajaan yang memintanya menjadi raja membuat dia meminta agar anak semata wayangnya Tribuawana Tunggadewi (Diana Airin) untuk menjadi pengganti.
Ketoprak Jenaka itu memang tak lepas dari sindiran terhadap kinerja pemerintahan, termasuk kaburnya Nazaruddin pun juga ikut dikritisi. Meski para pelakon pun terkesan agak kaku dalam memainkan perannya masing-masing. Wajar saja, sebab mereka baru pertama kali terlibat dalam pagelaran ini. Bahkan ada juga pelakon yang lupa dengan skenario yang dimainkan, sampai-sampai membawa skenario di panggung. Hal ini pun membuat penonton jadi tertawa geli melihatnya.
Sementara itu, sebelum memulai petinggi Media Nusantara Citra (MNC) Hary Tanoesoedibjo memberikan kata sambutan mengenai bertambahnya usia Harian Sindo yang ke-6, sekilas perjalanan Harian Sindo hingga tantangannya ke depan. Dalam kesempatan itu pula, Hary memberikan penghargaan kepada para pejabat yang turut bermain di ketoprak jenaka tersebut. (Nano Tresna A./mh)