Mahfud Meriahkan Ludrukan Kartolo Mbalelo
Sabtu, 02 Juli 2011
| 21:44 WIB
Ketua Mahkamah Konstitusi Moh. Mahfud MD saat berperan dalam pagelaran musikal ludrukan dengan lakon Kartolo Mbalelo (Memandang Indonesia secara Jenaka) pada Jumat (1/7) di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Jakarta, MKOnline - Di sela kesibukannya yang padat, Ketua Mahkamah Konstitusi Moh. Mahfud MD mengambil bagian dalam pagelaran musikal ludrukan dengan lakon Kartolo Mbalelo (Memandang Indonesia secara Jenaka) pada Jumat (1/7) di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Selain Mahfud, tercatat Wakil Ketua DPR Pramono Anung, Cak Kartolo, Inul Daratista, Djaduk Ferianto dan sejumlah seniman juga ikut serta dalam ludruk arahan Budayawan Sujiwo Tedjo tersebut.
Mahfud dalam lakon ini menjadi dirinya sendiri, menuturkan keikutsertaannya dalam pagelaran ludruk tersebut sebagai pemenuhan janjinya kepada Butet Kertarajasa. "Dulu 2003, saya punya utang kepada Butet. Butet waktu itu saya minta untuk membahas buku saya. Sekarang saya ditagih janji untuk ikut main di sini," urainya di tengah lakon produksi Indonesia Kita tersebut.
Mahfud yang menggunakan kostum khas Madura mengatakan bahwa negara Indonesia dalam keadaan bahaya. "Jadi, negara ini dalam keadaan bahaya karena sistem tidak berjalan dengan baik, sehingga rakyat tidak merdeka, meski secara tertulis sudah merdeka," tutur Mahfud.
Mahfud mengimbau perlunya gerakan rakyat untuk menyelamatkan keadaan. "Kita dalam bahaya. Kalau keadaan begini terus, lama-lama akan ambruk. Untuk jangka pendek, perlu mengambil tindakan tegas dan jelas diperlukan karena masalah sudah terpetakan. Untuk jangka panjang, memerlukan sirkulasi atau pergantian dengan memberikan orang yang baik, bersih, jujur, dan berani harus dipilih," paparnya.
Lakon Kartolo Mbalelo bercerita seputar kehidupan seorang seniman ludruk yang sangat terkenal, Kartolo. Selain itu, Kartolo dikenal sebagai seniman yang penuh dedikasi, jujur, dan dekat dengan masyarakat yang memang mengidolakannya. Ketokohan Kartolo dalam dunia seni ini dimanfaatkan seorang tokoh politik yang mulai menurun popularitasnya. Kartolo diminta mendampinginya untuk mengikuti Pemilu yang akan datang. Namun Kartolo menolak. (Lulu Anjarsari/mh)