Ketua MK Hadiri Bedah Buku âTransforming Womanâs Voicesâ Karya Mooryati Soedibyo
Senin, 23 Mei 2011
| 06:36 WIB
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD pada acara Bedah Buku âTransforming Womanâs Voicesâ karya Dr BRA Mooryati Soedibyo pada Hari Kebangkitan Nasional,Jumat (20/5) di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.
Jakarta, MKOnline - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menghadiri acara Bedah Buku “Transforming Woman’s Voices” karya Dr BRA Mooryati Soedibyo yang dikenal sebagai anggota DPR dan pengusaha kosmetik, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional pada Jumat (20/5) di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.
“Beliau adalah contoh ideal wanita Indonesia, inilah yang saya lihat dari Bu Mooryati Soedibyo. Hal ini pun semakin meyakinkan saya bahwa peran kaum wanita Indonesia di berbagai sektor kehidupan, baik di pemerintahan, sektor bisnis maupun kehidupan sosial lainnya sudah sangat signifikan dan tidak kalah dengan di negara-negara maju,” urai Mahfud dalam kata sambutannya.
Itulah suatu ketika Mahfud agak heran saat MK didemo oleh para aktivis kaum wanita. MK dikecam karena memutuskan pemilu dengan suara terbanyak. Putusan ini menyebabkan kaum wanita harus bersaing dengan kaum lelaki secara bebas dalam pemilu. Ada anggapan dengan putusan MK tersebut, kedudukan wanita dilecehkan, memungkinkan jatah kaum wanita dalam parlemen menjadi hilang.
Ternyata sesudah Pemilu, ungkap Mahfud, justru kursi anggota DPR bagi kaum wanita meningkat jadi 100 kursi. Artinya, orang Indonesia semakin menyadari bahwa kaum wanita Indonesia tidak perlu melakukan affirmative action untuk disejajarkan dengan kaum lelaki. “Sekarang kaum wanita dan lelaki sudah sejajar di berbagai jenjang kehidupan,” ucap Mahfud kepada para hadirin.
Sementara itu Mooryati menyatakan buku “Transforming Woman’s Voices” merupakan catatan pengalaman dirinya sebagai perempuan pertama Indonesia yang berhasil menduduki kursi Wakil Ketua MPR dari unsur DPD. Buku ini juga berisi refleksi pengabdian, mengemban tugas, memperjuangkan aspirasi masyarakat di bidang agama, pendidikan, kesehatan, perempuan, kesejahteraan sosial, budaya dan pemuda.
Selain itu, lanjut Mooryati, buku itu sebagai persembahan perempuan yang berani dan berhasil menerobos keluar dari lingkungan tradisi keraton yang penuh tata krama baku menuju kemajuan bagi generasi muda dan kaum perempuan di Indonesia.
“Kepada generasi muda, saya ingin berbagi pengalaman dan harapan agar momen ini menjadi saat yang tepat untuk melakukan refleksi perjalanan bangsa, mempelajari kembali pikiran sekaligus meneladani perilaku para pendahulu bangsa, lalu bangkit berjuang di berbagai bidang kehidupan,” imbuh Mooryati. (Nano Tresna A./mh)