Jakarta, MKOnline - “Memang benar korupsi itu sudah berada di segala lini, termasuk disinyalir menghinggapi Mahkamah Konstitusi. Tetapi terus terang, sejauh menyangkut Mahkamah Konstitusi, saya jamin Mahkamah Konstitusi 100 persen bersih dari korupsi,” ungkap Mahfud MD selaku Tim Ahli Bidang Hukum International dan Hak Asasi Manusia ICIS (International Conference of Islamic Scholars) pada Kamis (21/10) di Jakarta.
Oleh sebab itu Mahfud pernah menantang, siapa pun yang memiliki data adanya korupsi di Mahkamah Konstitusi ((MK) agar melaporkan kepadanya. Tapi ditunggu-tunggu Mahfud, tidak ada yang melaporkan masalah itu.
“Tak ada indikasi adanya korupsi atau suap di MK. Saya bangga kalau menemukan anak buah saya bisa membongkar kasus korupsi di MK,” tegas Mahfud.
Oleh sebab itu, lanjut Mahfud, karena kini korupsi berada di segala lini, maka masyarakat menganggap kalau berperkara ke pengadilan pasti ‘menggunakan’ uang. Bukan rahasia umum, ujar Mahfud, kalau seseorang berperkara di pengadilan sudah ada calo yang menunggu dan siap mengurus perkara itu.
“Bahkan sebelum kasus diputus, sudah ada orang yang melobi siapa hakimnya yang akan ditunjuk, terjadilah ‘permainan’ menentukan hakim dengan orang yang berperkara. Ini persoalan besar yang kita hadapi,” tegas Mahfud yang didampingi antara lain Sekjen ICIS K.H. Ahmad Hasyim Muzadi, Bibit Riyanto maupun sejumlah tokoh lainnya.
Lebih lanjut Mahfud menjelaskan, orang yang ingin memberantas korupsi malah jadi sasaran untuk dicari-cari salahnya. Hal itulah yang menurut Mahfud, terjadi pada saat ini. Karena itu, ujar Mahfud, kasus yang dialami Bibit-Chandra itu ‘terang benderang’ dan tidak bisa dibantah oleh siapa pun.
“Pertama, berdasarkan hasil rekaman di MK. Yang kedua, keterangan-keterangan pejabat yang bersangkutan, yang semula meyakinkan ternyata tidak ada sama sekali,” kata Mahfud.
Sementara sekarang ini, sambung Mahfud, ada kasus-kasus yang ‘telanjang’ juga. Seharusnya si A atau si B masuk disidik untuk kasus korupsi, malah dilindungi. Hal ini menjadi persoalan di negara kita dan sulit dilawan karena merupakan satu kekuatan besar dengan berbagai propaganda.
“Sebuah propaganda meskipun tidak benar, kalau dikatakan setiap hari, itu akan dianggap benar oleh masyarakat,” tandasnya. (Nano Tresna A./mh)