Mahfud MD: Setiap Pemeluk Agama Harus Diperlakukan Secara Sama
Jumat, 24 September 2010
| 08:47 WIB
Ketua MK, Moh. Mahfud MD, berjabat tangan dengan Sekjen ICIS, KH Hasyim Muzadi
Jakarta, MKOnline - “Pada dasarnya kami mendukung kebijakan Presiden Obama yang menetapkan pembangunan masjid di sekitar Ground Zero karena sesuai dengan konstitusi,” ungkap Mahfud MD dalam acara konferensi pers “Dukungan ICIS Terhadap Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat (AS) Dalam Pendirian Masjid di Ground Zero (AS)” di gedung ICIS (International Conference of Islamic Scholars) Jakarta, Kamis (23/9).
Mahfud yang menjadi Tim Ahli Bidang Hukum International dan Hak Asasi Manusia (HAM) ICIS mengatakan, sesuai sumpah jabatan, yang pertama Obama harus tunduk pada konstitusi. Karena Konstitusi dan Konvensi Internasional PBB menyebutkan hak beragama adalah hak yang paling mendasar dan tidak boleh dikurangi oleh negara.
“Bagaimanapun, negara harus melindungi kebebasan para pemeluk agama. Setiap pemeluk agama harus diperlakukan secara sama,” kata Mahfud yang didampingi antara lain Sekjen ICIS K.H. Ahmad Hasyim Muzadi dan Direktur ICIS Nasihin Hasan.
Mahfud menilai bahwa sikap Obama dalam rangka tugasnya sebagai Presiden Amerika Serikat, sudah dilakukan secara benar. Namun demikian, di sisi lain sikap Obama itu justru menurunkan popularitasnya secara politis di kalangan rakyat Amerika Serikat.
“Dalam konteks Indonesia, secara konstitusi sudah jelas bahwa agama itu urusan internal setiap orang dan tidak boleh diintervensi oleh pihak mana pun. Sebab hal itu melanggar UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,” jelas Mahfud.
Sementara itu Hasyim Muzadi mengatakan, kebijakan pemerintah Amerika Serikat dalam menetapkan pembangunan masjid di sekitar Ground Zero, perlu mendapatkan penghargaan dari seluruh dunia Islam.
“Karena pembangunan masjid tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Barrack Obama secara nyata telah membedakan antara terorisme dan agama. Hal ini sejalan dengan pidato Presiden Obama di Kairo tentang hubungan antara dunia Barat dan Islam,” papar Muzadi.
Mengenai hal lain, Muzadi juga menanggapi banyaknya konflik yang kelihatannya berkarakter agama di Indonesia. Menurut Muzadi, konflik-konflik semacam itu pada hakekatnya tidaklah murni berkarakter agama.
“Namun banyak faktor non-agama yang seringkali diagamakan,” tandas Muzadi.
(Nano Tresna A/Koen)