Jakarta, MK Online - Segenap Keluarga Besar Mahkamah Konstitusi (MK) mengadakan acara Halal Bihalal 1 Syawal 1431 Hijriah di aula gedung MK, pada Rabu (15/9) siang. Acara ini dihadiri Ketua MK, Moh. Mahfud MD, Wakil Ketua MK, Achmad Sodiki, para hakim konstitusi, Sekjen MK, Janedjri M. Gaffar, dan sejumlah pejabat struktural dan pegawai MK lainnya.
Dalam sambutan sekaligus tausiyahnya, Mahfud MD mengungkapkan pentingnya sesama umat Islam untuk saling ‘menghalalkan’ segala kesalahan yang pernah dilakukan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
“Filosofinya, bahwa menurut agama, manusia diciptakan dalam keadaan suci. Tetapi dalam perjalanan hidup, kesucian-kesucian itu ternodai oleh pergaulan manusia itu sendiri. Karena kebutuhan-kebutuhan di ‘lapangan’ seringkali memaksa manusia untuk berbuat salah. Maka menurut agama pula, pada hari ini kita mempunyai kesempatan untuk kembali ke titik nol kesucian,” papar Mahfud.
Dijelaskan Mahfud lagi, dalam agama, kesucian itu tidak bisa dicapai begitu saja tanpa kita saling meminta maaf. Terkait soal meminta maaf, Mahfud menyitir salah satu hadist shahih yang menerangkan bahwa suatu hari Rasulullah sedang duduk di masjid bersama para sahabatnya. Saat itu Rasulullah menjawab doa yang tidak didengar oleh orang lain.
“Rasulullah mengatakan ‘amin’, kemudian berhenti sebentar lalu mengatakan ‘amin’, setelah itu berhenti sebentar dan mengatakan ‘amin’. Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah mengapa engkau mengatakan ‘amin’ padahal tak seorang pun kami lihat ada orang berdoa di sini?’ “ tutur Mahfud.
Mahfud melanjutkan, ternyata Rasulullah mengamini doa yang diucapkan oleh Malaikat Jibril mengenai tiga hal. Hal pertama, “Ya Allah jangan Engkau terima ibadah dan puasanya orang-orang yang tidak mau meminta maaf kepada orangtuanya.” Hal (doa) yang kedua adalah “Ya Allah jangan Engkau terima ibadah dan puasanya orang-orang yang tidak mau minta maaf kepada suami atau isteri.” Sedangkan hal ketiga, “Ya Allah jangan Engkau terima ibadah dan puasanya orang-orang yang tidak mau minta maaf kepada saudara-saudaranya atau teman-temannya.”
Oleh sebab itu, lanjut Mahfud, hikmah dari hadist itu bahwa orang perlu meminta maaf kepada orang lain secara tulus. “Kalau pun orang lain tidak mau menerima maaf kita, ungkap Mahfud, maka Allah SWT lah yang akan memaafkan kesalahan kita,” pungkasnya. (Nano Tresna A/Koen)