Jakarta, MK Online - Masyarakat Indonesia tidak boleh percaya bahwa korupsi merupakan budaya yang melekat dengan diri Bangsa Indonesia. Hal ini tegas disampaikan oleh Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Moh. Mahfud MD ketika menerima kunjungan Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Universitas Indonesia (UI) Kamis (27/5), di Gedung MK. Dalam kunjungan yang merupakan bagian dari Program Indonesia Leadership Program (ILP) UI, Mahfud mengurai tema “Mempimpin dengan Integritas”.
Korupsi, lanjut Mahfud, merupakan ciptaan kekuasaan yang memerintah, bukan terbentuk dari budaya yang dianut Bangsa Indonesia sejak jaman dahulu. “Budaya itu merupakan hasil cipta, daya dan karsa yang tak putus jaman. Berbeda halnya dengan korupsi yang pernah terhenti di satu era sekitar tahun 1960 - 1970. Ada saatnya Indonesia bersih dari korupsi, jadi jangan mau percaya bahwa korupsi itu budaya bangsa kita karena korupsi itu kebiadaban bukan kebudayaan,” ujarnya.
Untuk mengatasi korupsi, Mahfud menilai perlu adanya kerjasama dari tingkat bawah hingga atas untuk memberantas korupsi. “Sebenarnya yang terpenting adalah hidup lurus dan jujur. Bersyukur dengan apa yang kita terima,” tuturnya.
Menurut Mahfud, kondisi Indonesia yang dilanda krisis disebabkan dengan tingkat integritas pemegang kekuasaan yang dinilainya rendah. Baginya, begitu banyak label pemimpin berintegritas yang disematkan kepada dirinya justru membuatnya malu. “Masa yang seperti saya ini sudah disebut berintegritas? Padahal apa yang sudah saya perbuat terbilang biasa-biasa saja,” jelasnya.
Ketika ditanyakan mengenai adanya tekanan kepada dirinya sebagai Ketua MK dari pihak luar, Mahfud menjelaskan bahwa memang banyak tekanan yang datang baik kepadanya maupun kepada Hakim Konstitusi lainnya. Mahfud menuturkan tekanan yang datang bisa berupa penyuapan hingga teror. “Alhamdulillah seluruh Hakim Konstitusi di MK ini kompak dalam menyikapi setiap tekanan yang datang,” ungkapnya. (Lulu Anjarsari)