BANDUNG, (PR).- Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bandung merupakan pemilihan langsung pimpinan eksekutif pertama dalam sejarah yang melibatkan calon independen (nonparpol). Kader aktivis parpol pun akan bersaing melawan kader aktivis nonparpol dalam kompetisi demokrasi tersebut.
Jika kader parpol masih "melempem" seperti sekarang, tidak menutup kemungkinan akan tergilas oleh kader aktivis nonparpol yang biasanya memiliki militansi kuat. Adanya keikutsertaan calon independen dalam pemilihan eksekutif menjadi "lampu merah" bagi parpol untuk mulai membenahi diri.
Politisi senior Tjetje Hidayat Padmadinata mengungkapkan hal itu kepada "PR" ketika ditemui di kediamannya di Jln. Sagitarius, Kota Bandung, Selasa (6/5).
"Munculnya calon-calon independen dalam percaturan politik kita merupakan satu langkah maju. Walaupun dalam kenyataannya, langkah calon independen ini tidak seringan atau semudah yang dibayangkan. Namun, keberadaan mereka menjadi warna dan pesaing yang harus diwaspadai kader-kader parpol yang saat ini melempem," katanya.
Tjetje juga mengatakan, baik kader parpol dan kader nonparpol ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kader parpol dianggap memiliki pengalaman yang lebih matang dibandingkan dengan kader nonparpol.
"Namun, biasanya, penyakit bagi kalangan aktivis parpol apalagi yang sudah lama berkecimpung dalam dunia politik akan dihinggapi penyakit kejenuhan atau kebosanan. Pesta demokrasi akan dianggap rutinitas semata," katanya.
Lain halnya dengan aktivis nonparpol. Buat mereka, lanjut Tjetje, pesta demokrasi, seperti Pilwalkot Bandung, menjadi momen bulan madu mereka dalam berpolitik.
"Makanya mereka akan lebih semangat. Semangat mereka biasanya akan melebihi semangat kader parpol yang sudah jenuh tadi," ujarnya.
Diperhitungkan
Terkait rencana pencalonan kembali Wali Kota Bandung Dada Rosada dalam Pilwalkot Bandung 2008, Tjetje menga-takan bahwa sosok Dada akan sangat diperhitungkan sebagai calon kuat.
"Dia tinggal mencari siapa calon wakilnya, apakah orang yang bisa membantu atau sebaliknya hanya akan membebani. Oleh karena itu, Dada Rosada sendiri jangan sampai terlalu percaya diri atau over confident, lantas lengah," kata Tjetje.
Pasalnya, over confident itu juga yang terjadi pada kubu Danny Setiawan (incumbent)/Iwan Sulandjana maupun Agum Gumelar/Nuâman Abdul Hakim dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2008. Namun, pada kenyataannya, justru kubu Ahmad Heryawan/Dede Yusuf (Hade) yang menang.
"Dalam Pilgub Jabar 2008, semua memperhitungkan Danny atau Agum yang akan keluar sebagai juara. Namun, kenyataannya tidak. Justru yang tidak dijagokan yang menang. Ini juga bisa saja terjadi pada Pilwalkot Bandung," ujarnya.
Tjetje juga menegaskan, pemilihan langsung pimpinan eksekutif seperti pemilihan presiden (pilpres), pilgub, pilwalkot maupun pemilihan bupati (pilbup), berbeda dengan pemilihan legislatif (pileg).
Oleh karena itu, dalam pemilihan langsung eksekutif, khususnya dalam kampanye, sebaiknya hanya sosok figur kandidat saja yang ditonjolkan.
"Parpol enggak usah ikut promosi diri mereka segala. Yel-yel yang ada dalam kampanye eksekutif sebaiknya yang membesarkan nama kandidat saja. Enggak usah bawa-bawa nama parpol segala," katanya. (A-154)***
Sumber www.pikiran-rakyat.com
Foto www.google.co.id