JAKARTA (Suara Karya): Pendidikan politik bagi pemilih pemula dan kalangan ibu rumah tangga akan meminimalkan praktik politik uang (money politics) dalam pemilihan umum (pemilu) atau pemilihan kepala daerah (pilkada).
Karena itu, tugas partai politik secara dini melakukan pendidikan untuk mempertajam daya kritis pemilih pemula. Dengan demikian, optimisme bangsa untuk menghindarkan pemilih yang menjatuhkan pilihannya karena pertimbangan uang atau materi, bisa terlaksana.
Demikian disampaikan Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Rully Chairul Azwar dan Sekjen DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Irgan Chairul Mahfiz kepada Suara Karya, di Jakarta, Senin (28/4).
Rully Chaerul Azwar mengatakan, pemilih pemula belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan ke mana mereka harus memilih. Sehingga, terkadang apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Karena itu, pemilih pemula sangat rawan untuk digarap dan didekati dengan pendekatan materi. Ketidaktahuan dalam soal politik praktis, terlebih dengan pilihan-pilihan dalam pemilu atau pilkada, membuat pemilih pemula sering tidak berpikir rasional dan lebih memikirkan kepentingan jangka pendek.
"Saya melihat pemilih pemula ini merupakan potensi suara yang cukup besar. Jumlah mereka mencapai 10 persen. Sementara golput (golongan putih) mencapai 15 persen. Karena itu, untuk mengurangi jumlah golput dan merekrut pemilih pemula, Partai Golkar melakukan sosialisasi. Kami bahkan sudah membentuk sub-bidang pemilih pemula," katanya.
Rully membagi pemilih di Indonesia dengan tiga kategori. Kategori pertama, adalah pemilih yang rasional, yakni pemilih yang benar-benar memilih partai berdasarkan penilaian dan analisis mendalam.
Kedua, pemilih kritis emosional, yakni pemilih yang masih idealis dan tidak kenal kompromi. Ketiga, pemilih pemula, yakni pemilih yang baru pertama kali memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih.
"Pemilih Partai Golkar sendiri saat ini lebih banyak dari kalangan rasional. Sementara dari kalangan pemula jumlahnya masih sedikit. Karena itu, pada pemilu yang akan datang Partai Golkar akan menggaet pemilih pemula dan pemilih kritis emosional untuk menambah perolehan suara. Karena jumlah pemilih pemula dan kritis rasional ini cukup banyak dan Partai Golkar membutuhkannya," kata Rully.
Menurut Rully, untuk mendapatkan pemilih pemula, Partai Golkar punya resep khusus yang akan diramu oleh dua kader Partai Golkar dari kalangan seniman, yakni Nurul Arifin dan Tantowi Yahya.
Irgan Chairul Mahfiz juga mengatakan, partainya akan merekrut pemilih pemula. Untuk itu, partainya akan memberdayakan ormas kepemudaan yang ada di PPP seperti Gerakan Mahasiswa Indonesia, Wanita Pembangunan, dan lain-lain.
"Pemilih pemula dan wanita merupakan target PPP untuk Pemilu 2009. Karena mereka adalah pemilih potensial yang bisa mengangkat suara PPP dari jumlah sekarang yang hanya 9 juta menjadi 15 juta," kata Irgan.
Seperti juga Partai Golkar, selama ini PPP belum bisa mengambil hati kaum muda untuk memilih mereka. Ini karena image kedua partai tersebut masih sebagai partai orang tua dan elite.
"Selama ini memang ada pemilih pemula yang memilih PPP, tapi belum maksimal. Karena itu, untuk Pemilu 2009 nanti kami akan lebih intensif menarik mereka ke PPP," kata Irgan.
Selain pemilih pemula, PPP juga akan berupaya mendapatkan pemilih perempuan yang jumlahnya cukup besar. Karena itu, PPP kini mulai memberdayakan organisasi perempuan seperti kelompok pengajian yang dipimpin istri Suryadharma Ali.
Irgan menambahkan, pendidikan bagi pemilih pemula diarahkan untuk mempertajam daya kritis pemilih. Pasalnya, sifat kritis akan mendorong pemilih untuk berpikir matang dalam menjatuhkan pilihan mereka. "Pemilih yang kritis juga akan menentukan pilihan mereka bukan dengan pertimbangan emosional," katanya.
Contoh perilaku parpol yang dapat menjebak pemilih pemula adalah kebiasaan memberikan uang dengan imbalan suara pemilih. Pemilih, kata Irgan, dapat menolak pemberian uang tersebut, yang diiringi dengan penolakan terhadap parpol yang bersangkutan. (Kartoyo DS)
Sumber www.suarakarya-online.com
Foto www.google.co.id