JAKARTA, HUMAS MKRI - Hubungan masyarakat (humas) atau disebut juga public relation (PR) di lembaga negara atau instansi pemerintah wajib memperhatikan kemajuan teknologi yang berkembang pesat. Humas perlu melakukan cara yang modern dengan memaksimalkan media sosial dalam membangun citra dan reputasi.
Menurut Digital Public Relation Consultant Nurjaman Mochtar, di era yang sangat modern ini, PR pemerintah masih mengggunakan metode lama dengan tata cara kerja media televisi analog dan koran. Padahal kini semua bidang sudah dituntut bekerja secara digital, termasuk humas pemerintah.
"Kenapa PR pemerintah itu tumpul, saya bilang karena PR pemerintah masih menganut PR analog. Padahal kita sudah masuk PR digital. PR analog itu adalah PR yang masih berpegang pada tata cara tv analog, media masih serba analog, koran masih eksis," ujar Nurjaman dalam rapat monitoring kehumasan dan publikasi, di Ruang Rapat Gedung 1 MK, Jakarta Pusat, Senin (27/11/2023).
Nurjaman yang juga pernah menjabat sebagai editor in chief di beberapa media tv nasional itu menuturkan, media mainstream saat ini mengambil bahan pemberitaan sekitar 50-80 persen dari media sosial. Para narasumber atau sumber-sumber pemberitaan sudah bisa menyampaikan informasinya sendiri kepada publik melalui konten yang diunggah di akun media sosialnya.
Nurjaman menyebutkan, sebagian masyarakat pun memang sudah tidak menjadikan televisi sebagai sumber media informasi. Masyarakat pun dapat dengan cepat dan mudah mendapatkan informasi atau berita melalui media sosial yang diakses di smartphone.
"Diperkirakan penonton televisi tinggal 30-40 persen. Konsep PR ke depan pun berubah," kata dia.
Nurjaman mendefinisikan PR secara sederhana, yaitu cara humas menggiring publik mempersepsikan instansi secara positif. Humas harus melakukan strategi komunikasi yang bisa mengintervensi persepsi-persepsi publik.
Dalam dunia PR tidak ada istilah negatif. Ada rumus bahwa jika terdapat fakta negatif, maka strategi komunikasi harus positif agar persepsi positif. "Kuncinya di strategi yang positif," jelas Nurjaman.
Dia juga menyampaikan tiga hal yang dapat dilakukan PR digital, di antaranya bagaimana membuat konten (how to creat the content), bagaimana mengelola konten (how to manage the content), dan bagaimana mengelola komunitas (how to manage the community). Dia menjelaskan, PR harus bisa membuat konten yang menarik dan mudah dipahami sehingga publik mau membagikannya kepada yang lain (shareable).
Nurjaman juga mengatakan, PR sekarang tidak hanya mengandalkan wartawan. Sebab, PR dapat membuat kontennya sendiri untuk langsung disebarluaskan kepada masyarakat.
Penulis: Mimi Kartika.
Editor: Nur R.