JAKARTA (Suara Karya): Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum menyelesaikan pembuatan aturan kampanye padahal jadwal kampanye partai politik dan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) berlangsung pada 8 Juli 2008-1 April 2009.
Hal itu dikatakan anggota KPU Abdul Hafiz Anshary di Jakarta, Rabu (23/4). "Ya, teman-teman di KPU sedang membuat," katanya. Hafiz menyebutkan sejumlah aturan yang sedang dibahas mulai dari bentuk kampanye sampai sanksi atas pelanggaran kampanye.
Ia mencontohkan apakah diperbolehkan melakukan kampanye yang dikemas melalui acara seperti seminar. "Misalnya acara di dalam ruang yang dihadiri sekian banyak orang kemudian usai acara mereka melakukan iring-iringan. Kalau mereka bawa bendera apakah itu diperbolehkan. Itu yang masih diatur," katanya.
Kampanye, tutur dia, pada dasarnya memperkenalkan partai politik beserta seluruh pengurus, program, dan janji kepada masyarakat. "Kampanye jangan sampai menciptakan keterbelahan di masyarakat," ujarnya seperti dikutip Antara.
Ia berharap ada aturan kampanye tidak membuat masyarakat "terbelah" dan kampanye bisa berjalan tertib. Pengaturan kampanye, tutur dia, untuk menjaga situasi tetap kondusif. "Ya lebih panas kalau tidak diatur. Kalau suhunya diatur ya hangat-hangat sedikitlah," katanya.
Mengenai masa kampanye yang panjang, katanya, bisa dimanfaatkan oleh partai untuk mensosialisasikan diri dan program untuk kemaslahatan masyarakat.
Kampanye berupa pertemuan terbatas, tatap muka, kampanye di media massa, dan penyebaran bahan kampanye kepada umum berlangsung penuh pada 8 Juli 2008-1 April 2009 sedangkan kampanye berupa rapat umum hanya diperbolehkan pada 13 Maret-1 April 2009.
Capres
Sementara itu, meski KPU masih menggarap aturan main pemilu, sejumlah bakal calon presiden terus melakukan manuver politik. Seperti yang dilakukan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, ia menyatakan PNI-Marhaenisme menjadi kendaraan utamanya menuju pencalonan sebagai Capres 2009.
Hal itu diungkapkan Bang Yos di depan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Sidang Badan Pekerja Kongres (BPK) di Bogor, Jawa Barat, Rabu (23/4).
"Dari 16 partai yang saya kenal, saya tidak salah pilih menjadikan PNI-Marhaenisme sebagai kendaraan utama untuk menjadi Capres," ujar Sutiyoso.
Menurut dia, PNI-Marhaenisme mempunyai peluang sebagai partai besar. Selain itu PNI-Marhaenisme juga peduli dengan masyarakat kelas bawah.
"PNI Marhaenisme tidak salah memilih saya. Dan saya pun tak salah memilih PNI Marhaenisme. Saya sudah kenal PNI sejak kecil ketika di Jawa Tengah. Diantara lingkungan warga NU, ayah saya dikenal sebagai orang PNI," kata Bang Yos bersemangat dan langsung disambut dengan aplause dari hadirin.
Dalam pidatonya, Sutiyoso menyatakan siap menjadi presiden yang mampu mendengar suara rakyat Indonesia. Untuk itu ia menyatakan siap berjuang bersama PNI Marhaenisme.
"Mulai sekarang saya bisa diperkenalkan kepada masyarakat luas sebagai tokoh PNI-Marhaenisme. Untuk itu, saya komit berjuang bersama PNI-Marhaenisme," katanya.
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum PNI-Marhaenisme DM Sukmawati Sukarno memakaikan jaket dan topi serta pin sebagai simbolis bergabungnya Bang Yos dalam barisan PNI Marhaenisme.
"Saya minta kepada Bung Yos untuk tetap komit dengan perjuangan PNI-Marhaenise. Jangan tanggung-tanggung berjuang bersama PNI-Marhaenisme," kata DM Sukmawati Sukarno. (Rully)
Sumber www.suarakarya-online.com
Foto www.google.co.id