PONTIANAK, HUMAS MKRI –Mahkamah Konstitusi (MK) bersama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Universitas Tanjungpura menyelenggarakan Talkshow Gen-Z “Gen-Z Bicara Isu-Isu Aktual Bangsa”, pada Jumat (11/11/2022) di Universitas Tanjungpura Pontianak. Gelar wicara Gen-z merupakan rangkaian dari Festival Konstitusi dan Antikorupsi 2022. Gelar wicara ini dipandu oleh Risya Sasri dengan menghadirkan narasumber Tissa Biani (Aktris dan Penyanyi), Angelina Aqila (Miss Indonesia Kalimantan Barat 2022), dan Hugo Garas (Wakil BEM Untan Periode 2022-2023).
Dalam kesempatan tersebut, Tissa Biani menyebutkan anak jaman sekarang (Gen-z) sedang dalam proses pencarian jati diri. Dalam proses tersebut terdapat salah, kendala, serta resiko yang didapat.
“Sebenarnya tergantung dari diri kita, misalnya kita memilih untuk menjadi anak muda yang benar atau baik jatuhnya tidakn akan salah jalan. Tergantung kitanya bisa memutuskan pergaulan yang mana, kelompok yang mana, situasi yang mana nanti seleksi alam yang menentukan kita akan memilih jalan yang mana, ”terang Tissa.
Dikatakan Tissa, anak muda dapat berprestasi, bertanggung jawab dengan kemampuan yang dimiliki dan harus membuat gebrakan yang bisa menginspirasi teman-teman yang mempunyai mimpi tinggi.
Sementara Angelina Aqila mengatakan generasi muda (gen-z) itu banyak memperoleh informasi, mendapatkan banyak kesempatan, namun juga sebagai generasi yang labil. Ia berpikir, Gen-z ini generasi yang banyak mengeluh atau generasi yang dapat mengungkapkan perasaannya yang mendalam.
“Bahasa jaman sekarangnya speak up, jadi memang benar pergaulan anak muda jaman sekarang itu bebas cuma balik lagi ke diri masing-masing apakah mau menganggap, mau menjadikan kata bebasnya itu seperti apa, mau bebas yang berdampak baik, bebas beropini, bebas berkarya, atau bebas yang tidak bernilai, atau bebas yang tidak terukur,” ujar Angelina.
Sedangkan Hugo Garas menegaskan, mahasiswa Untan lumayan aktif selain di dunia perkuliahan, tetapi aktif juga di luar perkuliahan. Di Untan, mempunyai sembilan fakultas yang terdiri dari beberapa UKM dan himpunan. Adanya UKM dan himpunan ini menjadi wadah bagi mahasiswa yang gemar dan aktif dalam mengekspresikan diri mereka. Tidak hanya berbicara perkuliahan saja ataupun di bangku kuliah tetapi mereka juga aktif di UKM dan himpunan.
Selain itu, Hugo menyebut mahasiswa sebagai wadah aspirasi masyarakat untuk menyampaikan kepada pemerintah. Di Kalimantan Barat, khususnya Pontianak yang tidak hanya Untan yang bergerak untuk berunjuk rasa, tetapi semua kampus-kampus yang ada di Pontianak.
“Terkait dengan unjuk rasa, modelnya seperti apa karena mahasiswa harus melihat dulu isu nasional atau regional daerah, sementara itu apabila ada problematikanya di masyarakat kita akan tampung dulu dan akan didiskusikan kembali bersama BEM lainnya atau Presma lainnya yang ada di Pontianak sehingga bisa disalurkan kembali hal itu,” sebut Hugo.
Lebih lanjut Hugo menjelaskan, nilai-nilai Pancasila maupun UUD 1945 dan adanya anti KKN telah ditanamkan dari pendidikan yang ada di Indonesia. Kita sudah tahu dari SD sampai di dunia kuliah, kita merasakan pelajaran hal itu. Jadi disetiap kegiatan yang ada di dalam perkuliahan tentunya yang mengampu tentang nilai Pancasila selalu ada. Kebanyakan mungkin dari kita sendiri mahasiswa masih ada yang belum tahu mengenai pesan tersirat dan makna yang terkandung dalam nilai-nilai tersebut secara utuh.
Sehingga ia menilai, perlu adanya pelajaran yang lebih mengenai hal itu dan menerapkan kembali nilai-nilai Pancasila yang ada dengan menggali makan terselubung di dalamnya dan diterapkan di kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat.
Generasi Anti Korupsi
Hugo juga menjelaskan, ketika melihat dimasa mendatang, tentu harus berubahnya pada masa sekarang. “Apakah dimasa mendatang akan lebih baik atau malah makin buruk. Oleh Karena itu perlu adanya perubahan dari sekarang bagaimana caranya mengurangi hal-hal itu (KKN) tidak akan terjadi dimasa mendatang,” urai Hugo.
Terkait dengan pendidikan yang perlu ditanamkan agar terjadi KKN dimasa mendatang, Tissa Biani berharap pendidikan di Indonesia dapat terbuka dan semakin banyak anak yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu, ia juga berharap agar guru dan siswa menjalankan komunikasi dua arah. Menurutnya, guru dan siswa dapat bersahabat bukan hanya sebatas pengajar dan murid saja.
Sebagai kepedulian terhadap bangsa memerangi korupsi, Angelina mengatakan generasi muda seringkali dilihat tidak peduli dengan korupsi, karena dilihatnya korupsi itu hanya sebatas penggelapan dana negara yang jumlahnya banyak. Mereka menganggap dampaknya tidak terasa ke usia dan lingkungannya. Padahal kalau dipikir-pikir lagi korupsi ada di sekitar kita dari hal sederhana sebagai contoh korupsi waktu atau korupsi hak dalam berorganisasi. “Anak muda kan senangnya berkumpul-kumpul kan atau liburan bareng, nanti dananya patungan-patungan biasanya, nanti kalau sudah selesai ada uang lebih uangnya diambil oleh si pegang uangnya, secara tidak sadar itu bisa jadi habit yang membentuk mindset koruptor, teman-teman. Dan itu secara tidak sadar kita lakukan karena merasa ini hal kecil,”ungkapnya.
Angelina percaya generasi muda tahu semangat seperti apa yang harus diciptakan untuk memberantasi korupsi. Apalagi KPK sekarang sering membuat acara berkaitan dengan semangat anak muda anti korupsi baik berupa perlombaan, sosialisasi dan adanya short movie yang berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga generasi muda jadi belajar mengenai korupsi. “Sebagai gen-z, Angel percaya anak muda jaman sekarang lebih senang ditantang dan dipercaya. Jadi cara sosialisasinya terkait anti korupsi dengan cara yang mungkin lebih modern,”terangnya.
Peserta yang hadir dalam kesempatan itu pun mengajukan sejumlah pertanyaan. Salah satunya eperti Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosilogi, Erwin mempertanyakan bagaimana peran generasi z memberantas korupsi sedangkan kita sering lihat korupsi terjadi di negara Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Angelina menyarankan Gen-z melihat permasalahan terkecil korupsi di keseharian seperti apa.
“Jadi kalau bisa teman-teman apapun permasalahannya kita coba lihat dari hal terkecilnya dulu, jangan loncat ke hal besar. Karena kalau seperti itu sebenarnya tidak akan selesai. Koreksi lagi diri kita sendiri, di masa muda ini ada tidak sih tindakan korupsi-korupsi kecil seperti itu. Takutnya nanti tertanam ketika kita memimpin negara. Karena kita generasi muda kita yang akan mimpin negeri ini. Kita yang akan menjadi inspirasi yang lain juga. Jadi menurut Angel coba balik lagi hal terkecilnya ada tidak sih korupsi kecilnya,” jelas Angelina.
Pesan Hakim Konstitusi
Pada kesempatan itu Hakim Konstitusi Arief Hidayat yang turut hadir menjelaskan sebagai suatu bangsa sudah disatukan oleh visi dan misi yang sama. Visi dan misi serta tujuan yang sama itu terdapat dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945. Di situ terdapat tujuan negara, visi misi negara bagaimana Indonesia dapat melangkah kedepan sebagai negara yang sejahtera, aman,tentram, maju, lahir dan batin. Untuk dapat menuju kesana, harus didasarkan pada ideologi yakni Pancasila.
Ia pun berpesan, mari bersama-sama pertahankan ideologi dasar Pancasila itu. Kemudian tujuan bernegara juga sudah luar biasa. Tujuan negara kita tujuan yang sangat luhur tidak hanya untuk kepentingan negara kita tetapi juga untuk keamanan dan perdamaian yang abadi di tingkat global. (*)
Penulis: Utami Argawati
Editor: Lulu Anjarsari P.