JAKARTA(SINDO) â Reformasi sudah berlangsung selama sepuluh tahun, namun kehidupan masyarakat belum membaik.
Banyak gejala, menurut Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono, menunjukkan bahwa Indonesia ternyata belum siap menjalankan proses reformasi.Contoh konkretnya, di beberapa daerah terjadi kasus balita gizi buruk,banyak sekolah roboh sehingga murid-muridnya berhamburan.
Menurut Menhan, masyarakat mulai level terbawah sampai tingkat elite menunjukkan perasaan bahwa keadaan ini tidak lebih baik. Bahkan,kata dia,ada yang mengatakan lebih buruk dibanding pemerintahan orde baru.âDi masa reformasi ini, kita melihat banyak orang antre dimana-mana untuk mendapatkan minyak tanah, gas elpiji,minyak goreng,dan raskin (beras untuk rakyat miskin),â ujar Menhan saat memberikan sambutan pada seminar bertema Menyelamatkan Reformasi dengan Moral dan Etika saat peluncuran The Fatwa Centre di Kantor Lemhannas, Jakarta, kemarin.
Juwono menilai, setelah reformasi, korupsi justru semakin meluas, budaya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) bukannya hilang tapi semakin gawat dipraktikkan. Bahkan, semakin merata di semua kalangan masyarakat hingga elite politik maupun pejabat pemerintahan.Padahal, menurut dia, di antara para pejabat maupun elite politik dulunya selalu dengan lantang bersuara untuk menumpas KKN yang dianggapnya produk orde baru.
Sesuai cita-cita reformasi, pemerintahan yang dikehendaki rakyat adalah terwujudnya era pemberdayaan dan partisipasi maksimal masyarakat Indonesia dengan menata kembali kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dan perangkat lunak serta sarana dan prasarana yang ada dalam tatanan kehidupan bangsa. Namun, kondisi sekarang ini menggambarkan bahwa bangsa Indonesia belum siap hidup dalam era reformasi dan demokratisasi karena kualitas SDM Indonesia dalam segi moral kehidupan dan kesadaran hukum, disipilin, dan tata tertib serta peraturan relatif masih rendah.
â Secara jujur kita harus mengakui dan menerima kenyataan bahwa moral dan kualitas SDM bangsa secara umum masih rendah,â ungkap Menhan. Selain itu,harus diakui citacita menjadikan masyarakat madani yang lebih berperan aktif dalam kehidupan sosial ekonomi, poltik, dan pemerintahan belum berhasil.
Karena itu, untuk menyelamatkan reformasi dan demokratisasi diperlukan komitmen kuat dari seluruh elemen bangsa untuk secara sungguhsungguh mengatasi dan mengeliminasi faktor negatif sebagai upaya dan solusi nyata. Bahkan,menurut dia, adalah suatu pemikiran yang wajar bahwa dalam membenahi keterpurukan, diperlukan orang-orang idealis dan cendikiawan, baik dari kalangan sipil maupun militer.âTentunya harus ada SDM yang teruji track record-nya dari segi moral dan etika,âungkapnya.
Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Taufiequrachman Ruki malah mempertanyakan apa yang sudah didapat sepuluh tahun Indonesia dalam era reformasi. Menurut dia, yang ada adalah ketidakpastian. âBayangkan empat presiden dalam waktu sepuluh tahun,apa yang bisa beliau lakukan dalam masa yang begitu singkat, kita tidak kemana-mana, âpoco-pocoâ masih bagus ada maju dan mundur, atau dansa masih ada gerak dan iramanya, tapi saat ini kita cuma jingkrak-jingkrak dan teriakteriak saja,âkata Ruki.
Dari sisi supremasi hukum, selalu ada pendapat untuk membuat atau merubah undang-undang untuk mengatur kemelut, seperti UU paket politik sudah berapa kali dirubah, tetapi perpolitikan Indonesia belum juga beres. âKebijakan instansi berapa UU,dan berapa PP,lalu mengenai pelayanan publik. Semua itu masih tanda tanya, justru yang ada bukan reformasi tapi repot-nasi,âucapnya.
Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fachri Hamzah menilai, apa yang dikatakan Menhan ada benarnya, tetapi disatu sisi, secara prosedural reformasi sudah berjalan. Di sisi lain, memang belum tertangani. âSecara prosedur memang berhasil, contohnya dalam penerapan pilkada saat ini, rakyat dapat memilih langsung. Tetapi untuk segi nilainilai kepemimpinan bangsa, masih banyak cacatnya. Bahkan banyak pemimpin yang memangmasihjalanditempat, dimana masih banyak yang gagal memahami reformasi dan demokrasi,âjelasnya. (amril)
Sumber www.seputar-indonesia.com
Foto www.google.co.id