JAKARTA, HUMAS MKRI - Dalam rangka memaknai Hari Ulang Tahun ke-18 Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus lalu, Pusat Penelitian dan Pengkajian Perkara (Puslitka) MK meluncurkan 30 judul buku. Kegiatan peluncuran buku ini diikuti oleh tamu undangan dalam jaringan (daring/online) dan narasumber secara langsung dengan penerapan protokol kesehatan di Aula Lantai Dasar Gedung MK pada Rabu (10/11/2021).
Wakil Ketua MK Aswanto dalam pembukaan kegiatan mengatakan peluncuran dan bedah buku ini sengaja diadakan bertepatan pada 10 November 2021 dengan maksud memberikan makna bahwa tidak hanya sekadar memperingati Hari Pahlawan saja, tetapi mungkin pada era sekarang pemaknaannya yakni mengisi hari untuk mengisi kemerdekaan. “Dahulu para pejuang-pejuang berjuang untuk memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan, sekarang kita generasi bangsa berjuang untuk mengisi kemerdekaan,” tegas Aswanto.
Dikatakan Aswanto, salah satu perwujudan mengisi kemerdekaan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. “Kalau kita hubungkan buku dengan mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara tentu sangat erat kaitannya,” jelasnya.
Menurut Aswanto, peluncuran buku yang telah dilakukan oleh teman-teman di MK dan para kolega hakim tidak terlepas dari tanggung jawab untuk menjaga konstitusi. Salah satu hal yang sangat mendasar dalam rangka menjaga konstitusi adalah harus memahami terlebih dahulu hak-hak konstitusionalnya. Dia menegaskan, memberikan pemahaman kepada masyarakat secara keseluruhan mengenai hak konstitusional memang tidak hanya tanggung jawab MK melainkan tanggung jawab kita semua.
Dalam hal ini, sambung Aswanto, MK harus berada di garis depan. Hal ini juga tidak terlepas dari fungsi MK, yakni salah satu fungsinya menjaga hak asasi manusia dan hak konstitusional.
Jalan Hidup
Pada kesempatan berikutnya, Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Padjajaran Bagir Manan mengatakan bahwa sebagai seorang yang memilih jalan hidup di lapangan ilmu pengetahuan. Ia mengungkapkan tidak hanya bangga atas karya buku yang bersifat ilmiah baik yang ditulis oleh hakim konstitusi, pegawai MK dan para ahli lainnya.
“MK dapat berperan dalam distribusi buku ini. Tidak semata-mata diserahkan kepada penerbit tetapi juga dapat didisribusikan ke daerah-daerah lainnya. Sehingga, buku tersebut bermanfat untuk orang banyak.”ujarnya.
Diakhir sambutannya, ia mengatakan bahwa mewujudkan keadilan sosial juga berarti mewujudkan konstitusi.
Berikutnya, Ketua MK Periode 2003–2008 Jimly Asshiddiqie sebagai pembicara kunci mengatakan ia sangat mengapresiasi adanya peluncuran buku ini bertepatan dengan hari pahlawan. Dengan adanya peluncuran ini, sambung Jimly, MK menyebar semangat untuk menghargai semua kontribusi siapapun sebagai cermin pahlawan.
Menurut Jimly, hal itu sangat penting dilakukan apalagi dikaitkan dengan adanya peluncuran buku. “Buku sangat penting tetapi bukan hanya menulis saja tetapi juga bagaimana membacanya,” ujar Jimly yang hadir secara luring.
Intinya, sambung Jimly, MK harus membangun budaya membaca dan menulis di lingkungan pengadilan konstitusi. “Mudah-mudahan memberi inspirasi kepada semua lembaga pengadilan dan semua lembaga negara supaya kita terbiasa untuk mengabdi sharing dan caring dan tidak rebutan kekayaan,” harap Jimly.
Bedah Buku
Selanjutnya pada sesi bedah buku, hadir narasumber seperti Ketua MK Periode 2013-2015 Hamdan Zoelva, Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia (UI) Topo Santoso, Guru Besar Universitas Sebelas Maret I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, dan Pimpinan Redaksi Kompas Sutta Dharmasaputra.
Dipandu oleh Brigita Manohara, Hamdan mengatakan bahwa MK sangat luar biasa karena telah meluncurkan 81 buku. “Bagi para akademisi di kampus dan para praktisi yang selalu berpraktik di MK akan menjadikan buku-buku ini menjadi rujukan utama dan akan mengakui pandangan dari para Hakim Konstitusi, MK dan ada kecendrungan di MK ini menggeser pemahaman sistem hukum berupa kontinental yang secara pelan-pelan pada pemahaman common law,”ujarnya.
Menurut Hamdan, buku-buku ini sangat berguna untuk semua pihak. Hal ini dikarenakan lautan ilmu yang akan memudahkan baik generasi mendatang bahkan generasi sekarang untuk memahami yang terjadi di MK.
Sementara Guru Besar Universitas Sebelas Maret I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, mengatakan bahwa MK sangat luar biasa meluncurkan 30 buku. “Saya sangat takjub dalam satu tahun 30 buku, saya rasa belum pernah ada sekelas lembaga negara melaunching, menghasilkan buku dalam satu tahun. Ini adalah satu kerja keras dan kerja ikhlas luar biasa MK,”tegasnya.
Menurut Rachmi, buku adalah jendela dunia. Sehingga MK sebagai pengawal konstitusi masih mendedikasikan atau menghasilkan ilmu berupa buku. (*)
Penulis: Utami Argawati
Editor: Lulu Anjarsari P