BANDUNG, HUMAS MKRI - Para delegasi peserta konferensi Judicial Conference of Constitutional and Supreme Courts/Councils of the OIC Member States/Observer States (J-OIC) diajak menyelami sejarah kota Bandung dan Konferensi Asia Afrika melalui kegiatan program kebudayaan. Kegiatan ini berlangsung pada Jumat (17/9/2021) di Bandung, Jawa Barat.
Gedung merdeka menjadi destinasi pertama program kebudayaan bagi peserta konferensi J-OIC. Gedung yang pernah menjadi tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika, semula adalah Gedung Societeit Concordia, sebuah perkumpulan beranggotakan orang-orang Eropa, terutama Belanda yang berdomisili di Kota Bandung dan sekitarnya.
Gedung yang terletak di jalan Asia Afrika itu kini menjadi museum KAA yang menyimpan memorabilia pelaksanaan KAA yang berlangsung pada 1955. Para delegasi peserta konferensi J-OIC menerima pemaparan dari pemandu Museum KAA, mengenai gambaran suasana KAA, para delegasi yang hadir saat itu, serta cerita yang melingkupi KAA pada saat itu.
“Saya berdiri tepat di tempat Sukarno menyampaikan pidato 65 tahun silam,” kata pemandu sambil menjelaskan ruang yang dulu menjadi tempat berlangsungnya KAA. Selain menyaksikan dan mendapatkan informasi tentang KAA, para delegasi juga menikmati sajian musik yang dibawakan oleh sahabat Museum KAA.
Baca juga: Presiden Joko Widodo Buka Secara Resmi Konferensi Ke-2 J-OIC 2021
Usai mengunjungi Museum KAA, para peserta diajak menuju Gedung Sate dengan menggunakan Bandung Tour on The Bus (Bandros). Sepanjang perjalan, pemandu Bandros menjelaskan perjalanan sejarah kota Bandung yang penuh dengan bangunan tua peninggalan sejarah. “Jalan Braga menjadi pusat kegiatan warga Belanda saat itu, dan masih banyak bangunan peninggalan Belanda yang masih asli seperti saat ini,” ujar pemandu Bandros.
Sesampainya di Gedung Sate, yang memiliki nama asli Gouvernements Bedrijven, atau tempat pemerintahan, delegasi peserta diajak menuju museum Gedung Sate yang terletak di ruang bawah tanah. Pemandu museum menjelaskan Gedung Gouvernements Bedrijven dinamakan Gedung Sate karena enam bola yang ditusuk yang berada di puncak Menara Gedung Sate. Enam bola yang ditusuk itu menyimbolkan biaya pembangunan Gedung Sate yang menelan biaya enam juta Gulden.
Selain itu, pembangunan Gedung Sate merupakan awal rencana Belanda memindahkan pusat pemerintahan Hindia Belanda dari Jakarta ke Bandung, namun rencana itu terhenti karena adanya krisis ekonomi yang terjadi pada saat itu. Usai berkeliling museum Gedung Sate, para peserta diajak menuju menara untuk melihat panorama kota Bandung.
Untuk diketahui, konferensi Judicial Organization of Islamic Cooperation (JOIC) merupakan kesepakatan dari Deklarasi Istanbul pada 14 – 15 Desember 2018 silam. Deklarasi Istanbul (Istanbul Declaration) menyepakati 3 (tiga) hal, yaitu (1) seluruh peserta sepakat untuk menyelenggarakan konferensi secara periodik untuk membahas tentang Konstitusi dan Hak Asasi Manusia guna mempromosikan penegakkan hukum dan Hak Asasi Manusia; (2) pembentukan working group untuk membahas bentuk dan langkah ke depan forum ini; dan (3) bersepakat untuk menyelenggarakan konferensi berikutnya dengan Indonesia sebagi tuan rumah.
Sesuai dengan mandat Deklarasi Istanbul tersebut, Indonesia melalui Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI) menyelenggarakan tuan rumah pertemuan JOIC pada 15 – 17 September 2021 di Bandung Jawa Barat. Konferensi ini diselenggarakan secara hybrid (luring dan daring) dengan mengusung tema “Human Rights and Constitutionalism: The Contribution of Judiciary in Moslem Countries” (Hak Asasi Manusia dan Konstitusionalisme: Kontribusi Peradilan di Negeri Muslim. Dengan Sub-tema, yakni Leason learned: The Role of Judiciary to Promote Humanity and Democracy (Pelajaran mengenai Peran Lembaga Peradilan dalam Mempromosikan Kemanusiaan dan Demokrasi) serta The Protection the Social, Economics and Cultural Rights in Pluralistic Society (Perlindungan Hak Sosial, Ekonomi, dan Berbudaya dalam Masyarakat Plural). Kegiatan ini diikuti oleh 33 negara, sebanyak 31 negara hadir secara daring dan hanya Pakistan dan Turki yang hadir secara luring.(*)
Penulis: Ilham W.M
Editor: Lulu Anjarsari P