JAKARTA(SINDO) â Kemenangan Ahmad Heryawan- Dede Yusuf di Jabar versi hitung cepat lembaga survei menjadi pukulan bagi Partai Golkar dan PDIP.
Apalagi, kekalahan pasangan yang diusung kedua partai besar itu terjadi di kantong suara mereka. âIni pukulan sekaligus perintah introspeksi bagi parpol (partai politik) besar. Sebelumnya mereka berpikir bahwa dengan kebesarannya bisa mengambil hati rakyat dan memenangkan pilkada, tapi yang terjadi kan tidak demikian,â kata pengamat politik dari Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) Sukardi Rinakit kepada SINDO kemarin.
Pada pilkada Jawa Barat ini Partai Golkar bersama Partai Demokrat mengusung calon Danny Setiawan- Iwan R Sulandjana, sementara PDIP bersama koalisi partai lain menjagokanAgum Gumelar-NuâmanAbdul Hakim. Adapun Ahmad Heryawan-Dede Yusuf diusung koalisi PKS dan PAN.
Menurut analisis Sukardi, kemenanganAhmad Heryawan-Dede Yusuf bukan karena kinerja partai yang menyokong mereka lebih maksimal dibandingkan tim dari PDIP dan Golkar.Namun, lebih pada faktor perubahan perilaku pemilih dalam menentukan pilihan. âJadi, kecenderungannya mereka (rakyat) lebih memilih figur baru. Pilihan itu juga bukan didasari pada faktor figur baru tersebut bisa membawa perbaikan, tapi karena menginginkan yang muka baru saja,âujarnya.
Sukardi menyarankan agar partai besar bisa menjadikan pilkada Jabar sebagai pelajaran menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. Sebab, jika dalam pilkada yang terjadi di Pulau Jawa tidak dimenangkan partai besar, menjadi pertanyaan besar ketika partai besar tersebut masih mengusung muka-muka lama dalam pilpres 2009.
âSebab, Jawa merupakan representasi dari suara untuk Pilpres 2009 nanti.Karenanya,pilkada Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Tengah (Jateng) nanti akan bisa dijadikan acuan sebesar apa kekuatan partai besar itu.Di Jabar, sudah terbukti kebesarannya tidak menjadi jaminan,â ungkapnya.
Sekjen DPP PDIP Pramono Anung mengaku akan menjadikan fakta politik di Jabar sebagai pelajaran bagi partainya untuk lebih menyolidkan kader dan pendukung di daerah. Pramono melihat kemenangan pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf sebagai cerminan demokrasi di Indonesia. âKita akan lakukan evaluasi lagi.Tapi apa yang terjadi di Pilgub Jabar ini berbeda untuk 2009.
Ini bukan cerminan untuk Pilpres 2009 karena ini kan gabungan dari berbagai partai,âujar Pramono saat dihubungi SINDO kemarin. Ketua DPP Partai Golkar Firman Subagyo menyatakan partainya akan belajar dari pengalaman pemilihan gubernur Jabar untuk mengatur strategi menjelang Pemilu 2009. Golkar juga akan membenahi strategi koalisi pada pilkada di beberapa daerah.
âIntinya, sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa figur muda, energik, dan familier akan membawa perubahan bagi bangsa. Sedangkan figur tua, apalagi dari militer, dianggap tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat,â ujarnya. Senada dengan Pramono, Firman Subagyo tidak melihat hasil Pilgub Jabar akan memiliki hubungan dengan Pemilu 2009.
Terlebih,Pilgub Jabar hanya menonjolkan figur yang dicalonkan dan tidak memperlihatkan partai pengusung. Firman melihat figur dari militer memiliki kecenderungan kalah dalam pilkada, terutama jika berhadapan dengan figur muda dan familier di masyarakat. Contohnya, dalam beberapa pilkada banyak calon dari militer tersingkir. âKemenangan Rano Karno di Tangerang dan kali ini Dede Yusuf di Jawa Barat adalah bukti nyata pendapat tersebut.
â Bukan Cerminan 2009
Beberapa analis politik juga meyakini kemenangan Ahmad Heryawan- Dede Yusuf di Jabar bukan sebagai cerminan Pilpres 2009.Meski kemunculan tokoh muda dan energik bisa menjanjikan, karakteristik pemilihan presiden sangat berbeda dengan pemilihan kepala daerah.
âPilpres itu pemilihnya lebih luas dan beragam, tidak seperti pilkada yang satu daerah saja,â kata pengamat politik Universitas Indonesia, Maswadi Rauf, saat dihubungi SINDO tadi malam. Untuk pilpres, kata Maswadi, calon harus memiliki akar kuat. Selain itu kinerja juga akan menjadi sorotan. âKetokohan penting, tidak bisa hanya karena popularitas. Ini yang memilih lebih luas,âtandasnya.
Maswadi menjelaskan,pemilihan tokoh dalam pilkada tergantung pada kondisi masyarakat di daerah tersebut. Jika masyarakat kemudian memilih calon pemimpin muda usia,bisa jadi karena kecewa dengan tokoh tua yang dinilai tidak bisa memajukan daerah tersebut. âMungkin para tokoh muda itu diharapkan bisa melakukan perubahan,â jelasnya.
Pendapat Maswadi didukung pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Indra J Piliang, maupun Direktur Eksekutif Indobarometer M Qodari. Menurut Indra, terlalu jauh menyimpulkan koalisi PAN â PKS sangat kuat untuk Pilpres 2009. âKalau di Jabar mungkin koalisi ini sangat bagus karena basis ideologi Islam moderat di Jabar sudah terbentuk sejak masa partai Masyumi 1955.Namun untuk tingkat nasional, koalisi dua parpol ini belum teruji sama sekali,âterang Indra.
Menurut Qodari, calon pemimpin muda saat ini masih sedikit yang mampu bersaing dengan calon yang lebih tua pada pemilihan presiden mendatang. Partai politik saat ini masih dikuasai orang-orang lama yang memiliki pengalaman.Meski demikian, kekuatan calon muda tidak bisa diremehkan mengingat tren pemilih di masyarakat cenderung menyukai calon yang baru. âMungkin karena sudah jengah dengan kinerja pemerintahan saat ini,âujarnya.
Koalisi PAN â PPP
Koalisi PAN dengan PKS dalam Pilgub Jabar bukan tidak mungkin akan berlanjut pada pilpres 2009.Dalam koalisi tersebut,PAN rencananya meminta jatah posisi calon presiden (capres),sedangkan PKS kebagian calon wakil presiden (cawapres).
âSetelah menang di Pilkada Jabar, sudah ada tawaran dari PKS mengenai kemungkinan koalisi dalam Pilpres 2009. Dalam koalisi itu,nanti yang menjadi calon presidennya dari PAN dan wakilnya dari PKS,âkata Ketua Umum DPP PAN Soetrisno Bachir di sela-sela acara perayaan kemenangan Pilkada Jawa Barat di Rumah PAN, Jakarta, kemarin.
Menurut Soetrisno, sebagai langkah awal penjajakan koalisi itu,PAN akan berkonsentrasi lebih dulu pada Pilgub Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal itu untuk melihat kekuatan dari partai berlambang matahari terbit itu. Setelah kekuatan PAN telah terukur, koalisi dengan PKS dalam merebut kursi presiden bisa dilakukan. âSalah satu yang menjadi bukti bahwa PAN adalah partai besar yang bisa bertarung di Pilpres 2009 adalah hasil Pilkada di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Karena itu,kita akan menunggu hasilnya seperti apa,â jelas pengusaha batik asal Pekalongan ini.
Menurut Presiden PKS Tifatul Sembiring, koalisi untuk Pilpres 2009 masih akan dibahas di Majelis Syura PKS. Kemungkinan, PKS akan memilih calon muda dalam pilpres mendatang. âKita upayakan untuk mengusung calon muda, tetapi ini semua akan diputuskan dalam Majelis Syura PKS,âkata Tifatul di kantor DPP PKS, Jakarta,kemarin. Tifatul mengatakan,kemenangan pada Pilgub Jabar membawa implikasi pada Pemilu2009.
Salahsatunya menggambarkan persaingan akan lebih ketat dan dinamis.âKemenangan di salah satu provinsi besar ini jelas membawa perubahan pada PKS dan peta politik di Tanah Air,âujarnya. Bagi dia, kemenangan dalam Pilgub Jabar ini sebagai bentuk keinginan masyarakat ke arah perubahan dan pembaruan. Artinya, pada masa mendatang rakyat lebih memilih sosok muda dan segar, ketimbang figur tua tetapi tidak dapat dipercaya. (rahmat sahid/dian widiyanarko/amril/ahmad baidowi/mohammad sahlan/sofian dwi)
Sumber www.seputar-indonesia.com
Foto www.seputar-indonesia.com