JAKARTA (Suara Karya): Kemenangan pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf (Hade) dalam Pilkada Jabar lebih karena rakyat sudah bosan kepada calon incumbent (yang sedang berkuasa). Ibaratnya, rakyat sudah tak mau lagi mendorong-dorong mobil mogok.
"Saya melihat ini sebagai bentuk protes rakyat terhadap calon incumbent yang sudah tidak dipercaya lagi," kata Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Ginandjar Kartasasmita kepada Suara Karya di Jakarta, Senin. Menurut dia, fenomena ketidakpercayaan rakyat terhadap calon incumbent harus dilihat oleh semua pihak, terutama pemerintahan yang sedang berkuasa. Fenomena tersebut, katanya, menjelaskan bahwa rakyat tidak mudah lagi dicekoki penguasa.
Menurut catatan, dari sejumlah pilkada provinsi, hanya tiga calon incumbent yang tampil sebagai pemenang, yakni Fadel Muhammad di Provinsi Gorontalo, Zulkifli Nurdin di Provinsi Jambi, dan Ismeth Abdullah di Provinsi Kepulauan Riau.
Atas dasar itu, sebenarnya kemenangan Hade tidak mengejutkan. "Calon incumbent sulit menang kalau hanya biasa-biasa saja, apalagi tidak berprestasi. Berapa pun dana yang dimiliki dan kuatnya mesin organisasi partai, itu tidak bakal berdaya menghadapi kecenderungan politik rakyat yang menolak incumbent," ujar Ginandjar.
Dengan kata lain, kelemahan calon incumbent menjadi modal dan keuntungan bagi pasangan Hade. Mereka, kata Ginandjar, tidak terbebani faktor masa lalu, bebas perangkap ketergantungan terhadap birokrasi, dan bisa lebih lincah dalam menjalankan agenda pembaruan.
Menurut Ginandjar, dalam memimpin Jabar ke depan ini, pasangan Hade harus bisa mengendalikan birokrasi, bukan sebaliknya. Mereka juga harus berusaha merangkul kekuatan-kekuatan politik, termasuk kelompok bekas rival mereka di pilkada. Kelompok bekas rival, terutama, jangan sampai merasa dimusuhi atau terhina karena dikalahkan.
Sementara itu, sejumlah kota dan kabupaten di Jabar diperkirakan mengalami keterlambatan dalam proses penghitungan dan pengiriman suara ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar. Anggota KPU Jabar Ferry Kurnia Rizkyansyah menyebutkan, faktor geografis menjadi kendala yang menyebabkan keterlambatan itu. Misalnya di kawasan Jabar selatan, mulai dari Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, sampai Ciamis. "Dalam beberapa hari terakhir, di titik-titik itu terjadi tanah longsor," kata Ferry.
Sampai Senin siang, suara dari 11 kota dan kabupaten (dari jumlah 26 kota/kabupaten) belum tercatat di tabulasi penghitungan sementara KPU Jabar. Kesebelas kota/kabupaten itu masing-masing Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, dan Kota Bekasi.
Pasangan Hade sendiri tetap memimpin perolehan suara sementara dengan posisi terakhir 1.128.668 suara atau 40,20 persen, diikuti pasangan Agum Gumelar-Numan Abdul Hakim (Aman) sebanyak 953.082 suara (33.94 persen), dan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana (Dai) sebanyak 726.193 (25,86 persen).
Sementara itu, kantor Sekretariat DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Bandung di Jalan Raya Katapang, kemarin siang dilempari bom molotov. Tapi aparat kepolisian bertindak sigap. Tersangka pelaku segera dapat ditangkap. Dia adalah Endang (30) yang dalam pemeriksaan mengaku melakukan aksi itu atas inisiatif sendiri. "Aksi ini tidak direncanakan," kata Kapolres Bandung AKBP Ahmad Dofiri
Insiden pelemparan bom molotov ini mendorong aparat Polwiltabes segera melakukan penjagaan ketat terhadap kantor DPD PKS Kota Bandung maupun DPW PKS Jabar. (Yon Parjiyono/Agus Dinar)
Sumber www.suarakarya-online.com
Foto www.google.co.id