Jakarta - Satu demi satu Pilkada di berbagai daerah sudah digelar di Indonesia. Banyak sudah figur dukungan berbagai macam parpol memenangkan pemilihan "raja-raja daerah" tersebut.
Tidak dapat disangkal kemenangan dalam pilkada bak obat kuat parpol yang mengusungnya. Namun, sepertinya terlalu naif bila partai yang sering memenangkan pilkada serta merta menjadi jawara Pemilu 2009. Karena masyarakat masih mengandalkan figur.
"Saat ini di masyarakat masih mengandalkan logika figur," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari saat dihubungi detikcom, Minggu (13/4/2008).
Oleh karena itu, semua parpol, besar maupun kecil, bisa berpeluang mendudukkan jagonya di kursi RI-1. Hal itu sudah terbukti tatkala Partai Demokrat (PD) bisa mengantar Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia.
Pilihan PD terhadap figur SBY tidak salah. Alhasil, walau masih tergolong partai baru, Partai Demokrat kini bisa menuai hasil pilihannya itu.
Qodari mengatakan, ada dua cara parpol mengajukan suatu figur. Figur lawas atau memunculkan figur baru.
Naiknya tokoh lama, atau kerap disebut tokoh tua, ke kursi kepemimpinan bukan hal yang istimewa mengingat jam terbangnya yang sudah banyak. Lalu bagaimana dengan figur baru?
Pilkada Jawa Barat seolah mendobrak anggapan figur baru, atau kerap disebut tokoh muda, tidak bisa bersaing. Kini wajah baru Ahmad Heriyawan - Dede Yusuf (Hade) sudah hampir pasti menjadi orang nomor satu dan dua di Jawa Barat.
"Kalau saya rekomendasikan untuk memunculkan figur baru. Tidak membangun kultur instan. Ini berarti sesuai fungsi parpol untuk melahirkan kader pemimpin," jelasnya.
Jadi, tampaknya kini parpol harus bisa memilih figur yang paten supaya bisa berjaya di Pemilu 2009. Trik PKS-PAN untuk memenangi Pilkada Jabar bisa ditiru parpol lain.
Ahmad Heriyawan dan Dede Yusuf sama-sama tokoh muda. Calon utamanya boleh tidak populer tapi harus cerdas dan punya jiwa pemimpin.
Tetapi warga Jabar mungkin berpikir, siapa sih Ahmad Heriyawan? Di situlah peran Dede Yusuf sebagai vote getter berperan.
"Kemenangan di Jabar terbantu figur Dede Yusuf. Dia dilihat masyarakat sebagai artis yang pintar," terang Qodari.
Kini tinggal bagaimana parpol sebagai mesin politik mengusung para jagonya. Akankah tetap mengusung jago lama yang memanggul dosa masa lampau tetapi berpengalaman, atau memunculkan figur baru yang sama sekali fresh tapi kurang jam terbang.
Kita lihat saja nanti. ( gah / nwk )
Sumber www.detik.com
Foto www.google.co.id