JAKARTA, HUMAS MKRI – Sebagai bagian dari persiapan keberangkatan peserta program penyegaran (recharging program) dan magang (internship), Mahkamah Konstitusi (MK) menggelar “Pre-Departure Session StuNed Scholarship-Recharging Program”. Kegiatan yang diikuti oleh sejumlah peneliti, panitera pengganti, dan pegawai di lingkungan Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal MK ini digelar pada Rabu (25/9/2019) di Aula Gedung MK.
Sekretaris Jenderal MK M. Guntur Hamzah yang membuka kegiatan tersebut menyampaikan bahwa program penyegaran ini merupakan program rutin setiap tahun yang diadakan oleh MK. Bagi MK, lanjutnya, program-program seperti program penyegaran dan magang menjadi salah satu upaya MK untuk mengembangkan sumberdaya manusia. “Program ini memiliki filosofi SDM yang ikut pengembangan nantinya akan mengembangkan MK ke depannya,” harap Guntur.
Guntur juga menyampaikan bahwa selama DNA MK sudah melekat pada diri setiap pegawai, maka sudah membawa “panji-panji MK”. Ia menyebut “panji-panji” itu adalah integritas, disiplin, dan dedikasi. Guntur menyampaikan dalam program yang digelar Belfast University, Inggris, yang diikuti pegawai MK, ada kekaguman dari hakim-hakim luar terkait transparansi yang dibangun oleh MKRI. Apalagi transparansi MK telah mendapat penghargaan dari MURI melalui penghargaan sebagai peradilan paling transparan. “MK sangat tertarik dengan transparansi dan jika diibaratkan seperti rumah kaca. Semua merupakan upaya yang positif asalkan tetap menjaga integritas,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Guntur juga menyampaikan terima kasih kepada Nuffic Neso yang telah mendukung program penyegaran MK dengan memberikan dukungan berupa dana sebesar 50 ribu euro. Ia mengungkapkan keputusan menerima dukungan dana tersebut karena Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan agar lembaga negara/kementerian dapat memanfaatkan lembaga lain untuk pengembangan sumberdaya manusia.
“Sehingga saya merasa lembaga ini (MK, red.) bisa berjalan di atas aturan, juga kegiatan ini dapat bantuan dana sehingga membantu menghemat anggaran negara. Oleh karena itu, MK berikhtiar dengan menerima bantuan Nuffic Neso. Selama dua tahun penyelenggaraan, MK menyelenggarakan (program penyegaran) dengan anggaran sendiri,” jelasnya didampingi oleh Direktur Nuffic Neso Peter van Tuijl.
Sementara Peter van Tuijl, mengungkapkan kebanggaannya dapat membantu MK. Apalagi MK memiliki peran menjembatani permasalahan terkait sistem ketatanegaraan di Indonesia. “Seperti pemilu kemarin, MK berhasil menjembatani permasalahan terkait dengan sengketa pemilu. Disinilah terlihat peran penting MK,” kagum Peter.
Dalam sambutannya, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia Iman Sudirman menjelaskan bahwa program penyegaran dan magang pada 2019 merupakan hasil kerja sama MK dengan Nuffic Neso dan The Hague University. “Kerja sama dengan Nuffic Neso baru pertama kali. Dan MK mendapat dukungan dana sebesar 50 ribu euro untuk pelaksanaan recharging program,” ungkap Iman.
Iman menuturkan sebanyak delapan pegawai terpilih mengikuti program penyegaran. “Peserta terpilih telah melakukan seleksi sejak bulan Agustus. Tak hanya itu, mereka mengikuti assessment dan tes bahasa Inggris. Mereka yang terpilih adalah yang telah terseleksi secara ketat. Peserta yang mengikuti kegiatan akan menandatangani komitmen,” tandasnya. (Lulu Anjarsari)