YOGYAKARTA, HUMAS MKRI - Berbicara mengenai penegakkan hukum di Indonesia, dapat dikatakan respon masyarakat dalam hal menilai sebuah Lembaga peradilan dalam membuat keadilan dewasa ini, dirasa masih kurang baik. Atas dasar inilah, Mahkamah Konstitusi menyelenggarakan diskusi panel dengan judul “Tantangan menjaga integritas dalam penegakkan hukum dan keadilan“. Yang berlangsung di Ruang Auditorium Fakultas Hukum UGM Yogyakarta, pada Selasa (10/09). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Festival Konstitusi dan Antikorupsi Tahun 2019, kerja sama antara MK, MPR, KPK, serta Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta selaku tuan rumah pada kesempatan kali ini.
Diskusi panel ini menghadirkan empat orang pembicara yang berasal dari para tokoh publik hingga akademisi, seperti Ahmad Syafi’i Ma’arif (Dewan Etik Hakim Konstitusi), Romo Benny Susetyo (BPIP), Sigit Riyanto (Dekan dan Guru Besar FH UGM), Ni’matul Huda (Guru besar FH UII).
Dalam kesempatan pertama, Buya Syafi’i Ma’arif banyak menyampaikan mengenai nasionalisme dan integritas. Menurutnya, sebagai orang Indonesia perlu belajar menjadi orang yang terdidik, menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, hingga menjadi pribadi yang lebih humanis.
“Indonesia merupakan bangsa yang besar. Sejak merdeka hingga saat ini saja, penduduknya sudah meningkat sekitar 350 persen yang terdiri dari berbagai kultur. Namun luar biasanya kita masih bertahan sebagai bangsa yang merdeka selama 74 tahun, meskipun banyak permasalahan yang terjadi. Karena itulah kita perlu untuk banyak belajar,” imbuhnya.
Mengenai MK, Dewan Etik Konstitusi ini berpendapat bahwa sebagai lembaga pengawal konstitusi, MK harus berbicara tentang integritas hukum. karena saat ini, masih banyak pejabat di Indonesia yang nasionalisme dan patriotismenya lemah, banyak yang terjerat masalah-masalah yang lebih kepada perkara material. Dalam hal penegakkan hukum pun perlu juga dilandasi moral yang tidak terlepas kepada hal integritas. “Hukum harus dilandasi moral, moral yang beragama. Karena hukum yang bermoral, akan menghasilkan keadilan yang berintegritas,” tutupnya. (Dedy/LA)