Seluruh Hakim Konstitusi beserta jajaran keluarga besar Mahkamah Konstitusi mengucapkan duka cita yang mendalam atas wafatnya Hakim Konstitusi periode 2003-2008 H. Ahmad Syarifuddin Natabaya, pada Rabu, 10 Juli 2019 pukul 20.05 WIB di RS Dharmais Jakarta. Rencananya jenazah Almarhum akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, pada Kamis 11 Juli 2019 pukul 12.30 WIB dengan Sekjen MK M. Guntur Hamzah sebagai Pembina Upacara. Almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata karena Almarhum merupakan peraih anugerah Bintang Mahaputra Utama pada 17 Agustus 2009. Almarhum meninggalkan seorang istri, Artini Nawawi, serta dua orang anak, Ayudia Utami (1970) dan Andalia Utari (1972).
H.A.S Natabaya dilahirkan di Cempaka, Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan pada 3 Maret 1942. Almarhum semasa hidupnya antara lain berkhidmah sebagai Guru Besar Ilmu Hukum di Universitas Sriwijaya, Sumatra Selatan dan Hakim Konstitusi periode 2003-2008.
Perjalanan karir Almarhum banyak bergelut di dunia pendidikan bidang hukum. Sebelum meraih gelar sarjana hukum dari FH Universitas Sriwijaya (Unsri), Palembang (1967), sejak 1964 kala masih mahasiswa, Almarhum telah menjadi pengajar di almamaternya. Prestasi ini sudah tentu berkat kemampuannya.
Sebagai penuntut ilmu yang gigih, Almarhum meneruskan studinya pada program master di luar negeri. Tidak lama kemudian gelar L.LM. berhasil diraih dari Indiana University School of Law Blumington, USA, pada 1980. Pendidikan dan pelatihan sering pula diikutinya. Almarhum pernah mengikuti Intership Training in International Law Unpad (1973-1974).
Almarhum pernah pula mengikuti The Hague Academy of International Law, Belanda (1981). Juga pernah mengikuti Academy for Educational Development (Programme of Observation and Analysis of Goveminent Management System and Techniques), Washington, AS (1993).
Selama empat tahun (1996-2000) Almarhum mendapat kepercayaan menjadi Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Pria yang dianugerahi penghargaan Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun dan Satya Lencana Karya Satya 30 Tahun ini pernah menjadi Staf Khusus Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (2002-2003).
Sosok yang di masa hidupnya hobi olahraga bulutangkis ini juga terjun dalam aktivitas organisasi, antara lain HMI, KAMI, dan PERSAHI. Pakar hukum ini ikut membidani lahirnya UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK. 'Biasa-biasa saja,' ujarnya ketika diminta komentar setelah terpilih menjadi Hakim Konstitusi. Pria yang mempunyai motto Never Old to Learn ini mempunyai obsesi dengan terpilihnya sebagai Hakim Konstitusi, ia dapat menjaga dan mengawal UUD 1945 RI sebagai living constitution. Hakim konstitusi yang namanya diusulkan oleh Pernerintah ini menyadari, tantangan yang dihadapi para Hakim Konstitusi adalah dituntut untuk selalu mampu rnelakukan interpretasi dan konstruksi terhadap UUD 1945 sebagai constitutional methods. (Humas MK)