Generasi muda Indonesia yang Islami sudah pasti Pancasilais dan Konstitusionalis. Hal inidisampaikan Ketua Mahkamah Konstitusi, Anwar Usman, dalam tausiahnya pada peringatan Maulid Nabi Madrasah Aliyah Negeri 1 Bima, Nusa Tenggara Barat, pada Minggu (25/11).
Anwar menyebut peringatan Maulid Nabi Muhammad bukan hanya sekadar memperingati hari kelahirannya saja, tapi juga memperingati perjuangannya. Salah satu teladan yang dapat diikuti adalah Rasulullah juga mengajarkan toleransi kepada semua manusia. Ketika menyusun Piagam Madinah Rasulullah juga memasukkan ketentuan agar semua orang saling menghormati. “Siapa yang menyakiti umat lain, jika ada umat Islam, Nasrani, Yahudi saling menyakiti, maka dia sama seperti menyakiti aku (Rasulullah),” ujar Anwar. Menurutnya, hal itu merupakan pengejawantahan surah Al-Hujurat ayat 13 dan sejalan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mengutip pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla, pemilu di Indonesia merupakan sistem pemilu yang paling rumit di dunia karena setiap orang memiliki satu suara, menurut Anwar dengan perkembangan terakhir, maka pemilu akan semakin kompleks karena dilakukan secara serentak antara pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden-Wakil Presidan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota. Semua orang saling berebut untuk menduduki jabatan.
Hal ini, menurut Anwar, berbeda dengan jaman Rasulullah wafat, para sahabat justru saling menunjuk satu sama lain jika sahabat yang lainlah yang lebih pantas menggantikan Rasulullah sebagai pemimpin, bukan menunjuk diri sendiri. Kemudian terpilihlah sahabat Abu Bakar yang disepakati sebagai pemimpin Madinah menggantikan Rasulullah. Dalam pidatonya setelah terpilih sebagai pemimpin menggantikan Rasulullah, Abu Bakar meminta kepada penduduk Madinah untuk mengikuti dirinya jika benar, dan mengingatkan jika salah. “Berbeda dengan saat ini jika terpilih mengucap syukur Alhamdulillah,” imbuhAnwar.
Anwar juga menjelaskan sejarah adagium terkenal dari Lucius Calpurnius Piso Caesoninus yaitu “Fiat justitia ruat caelum” yang berarti “Tegakkan Keadilan Meski Langit Runtuh”. Kalimat tersebut sebenarnya tidak pantas jika dilihat dari sejarahnya. Menurut Anwar, Piso telah secara kejam menghukum mati tiga orang serdadu dan algojo Romawi yang tidak seharusnya dihukum. Peristiwa itu bermula dari putusan hukuman mati terhadap seorang prajurit yang telah diputus hukuman mati karena dituduh membunuh kedua rekannya sesama prajurit ketika cuti.
Ketika algojo hendak melakukan eksekusi mati terhadap prajurit yang diputus bersalah itu, tiba-tiba muncul kedua prajurit lain yang diduga telah dibunuh oleh prajurit yang akan dipenggal kepalanya, akhirnya sang algojo pun juga tidak jadi melaksanakan perintah hukuman mati. Atas kejadian tersebut Piso mengatakan Fiat Justitia Ruat Caelum atau Tegakkan Keadilan Meski Langit Runtuh, dan akhirnya ketiga prajurit dan algojo dihukum mati oleh Piso, karena dianggap tidak melaksanakan apa yang sudah diputus pengadilan, tidak melihat benar atau salah putusan itu. Kalau melihat sejarah itu, kalimat itu tidak sepantasnya dipakai, karena seringkali dipakai para tiran guna melakukan kesewenang-wenangan asalkan hukumnya telah ditetapkan. Anwar menegaskan, peristiwa-peristiwa di atas menunjukkan menegakkan keadilan berbeda dengan menegakkan hukum.
Dalam kesempatan itu, Anwar juga memberikan semangat kepada para siswa-siswi MAN 1 Bima untuk tetap semangat dan tekun belajar, karena sebagian dari Ketua MK, termasuk dirinya, merupakan lulusan sekolah berbasis agama, seperti Jimly Asshiddiqie, Mahfud MD, dan Hamdan Zoelva. (Ilham/LA)