Mahkamah Konstitusi (MK) menyelenggarakan pelatihan jurnalistik bagi pegawai Humas dan Publikasi, Jumat-Sabtu (23-24/11) di Bogor. Dalam acara yang diikuti sebanyak 45 orang, ditujukan untuk meningkatkan inovasi pemberitaan MK ke publik.
Kepala Biro Humas dan Protokol MK Rubiyo menyatakan hal tersebut dalam sambutan acara. Menurutnya inovasi diperlukan agar pemberitaan lembaga semakin baik dari waktu ke waktu. “Jika ini terjadi, masyarakat akan semakin tertarik dengan MK,”ujarnya.
Rubiyo menyebut Humas dan Publikasi merupakan perwajahan lembaga kepada masyarakat dan memiliki peran yang dijalankan menjadi sangat penting. Rubiyo menyebut baik buruknya MK di mata masyarakat tergantung dari Humas Publikasi memainkan perannya. “Disinilah profesionalisme menjadi hal tak bisa ditawar. Kinerja kita harus selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu,” tegasnya.
Dalam pelatihan ini, Rubiyo menjelaskan hadir beberapa narasumber yang kompeten di bidangnya. Harapannya peserta pelatihan dapat menyerap ilmu dari mereka sehingga momen pelatihan yang tidak disia-siakan begitu saja. “Ini momen kita untuk mengupgrade diri. Saya yakin banyak hal baru yang akan kita dapat di pelatihan ini,” jelasnya.
Merencanakan Foto
Fotografer Harian Kompas Arbain Rambe sebagai salah satu pemateri terkait fotografi jurnalistik menyebut hasil foto dapat diprediksi bahkan sebelum dibuat. Maksudnya, dibutuhkan perencanaan sebelum melakukan pemotretan dalam suatu momen atau peristiwa.
Di kantornya, ujar Arbain, satu hari sebelum tugas pemotretan akan ada pembagian tugas. Misal dalam pemotretan suatu peristiwa, akan ditempatkan banyak fotografer di berbagai titik. Tujuannya untuk mengantisipasi beragam momen sehingga tidak terlewat.
Selain itu, lanjut Arbain, para fotografer melakukan analisis terkait kondisi lapangan sebelum bertugas. Ini untuk menentukan berada di posisi mana saat mereka memotret. Sebab posisi memotret ikut menentukan hasil foto.
Di sisi lain, Arbain menyebut ada empat unsur pembentuk foto yaitu teknis, posisi, komposisi, dan momen. Banyak orang-orang hanya berfokus pada sisi teknis seperti mengatur iso , diafragma, ataupun lensa. “Padahal faktor teknis hanya menyumbang tiga persen keberhasilan saat memotret,” tegasnya.
Justru, tegas Arbain, saat memotret harus lebih fokus pada posisi, komposisi, dan momen. Ini lebih penting dibanding unsur teknis. Apalagi saat ini pengaturan kamera sudah banyak yang bersifat auto. Sehingga tidak perlu melakukan pengaturan kamera secara manual.
Judul dan Lead
Redaktur Harian Kompas Susana Rita menjelaskan teknis penulisan berita. Terkait pembuatan judul berita, Rita menyebut harus ringkas dan jelas. Selain itu, langsung pada sasaran atau materi tulisan. “Judul bisa juga bersifat pernyataan yang heboh dan juga pernyataan yang provokatif,” jelasnya.
Selanjutnya, Ana berbicara tentang lead berita yang terdapat pada dua kalimat yang berada di paragraf pertama berita. Ana memaparkan fakta paling penting dalam berita yang dijadikan lead. Sifat lead, kata dia, merupakan inti dari suatu berita.“Lead dan judul adalah kesatuan tak terpisahkan. Keduanya harus berhubungan khususnya untuk berita hardnews,” jelasnya.
Selain dua pemateri dia atas, hadir Jurnalis RCTI Erry Farid memberikan materi desain produksi berita TV. Hadir pula Jurnalis TV One Fitro Abdul Aziz mengajarkan teknis dasar kamera dan Ananggadipa Raswanto yang memberikan materi Desain Grafis.
Erry menyarankan MK memperjelas segmen pemirsa yang disasar dari sebuah pemberitaan. Misalkan, ujarnya, gaya berita di TV, tidak dapat dimasukkan begitu saja dalam media sosial seperti Instagram atau media sosial lainnya. “Adapun untuk berita TV, prinsipnya simpel dan cukup mengambil satu angle yang dianggap paling menarik,” ujarnya. (Arif Satriantoro/LA)