Mahkamah Konstitusi (MK) menggelar acara buka puasa bersama bagi para pegawai MK, Senin (20/6) di aula Gedung MK. Acara yang bertepatan dengan hari ke-15 puasa Ramadan ini dihadiri Wakil Ketua MK Anwar Usman, Ketua MK Periode Pertama Jimly Asshiddiqie, dan segenap pejabat MK lainnya. Selain itu, turut hadir rekan-rekan media massa.
Dalam sambutannya, Anwar menyampaikan betapa berlimpahnya hikmah dan keutamaan Ramadan, termasuk banyaknya nikmat Allah SWT yang diberikan kepada manusia. “Apabila kamu menghitung berapa banyak nikmat Allah SWT, sungguh kamu tak akan mampu menghitungnya,” kata Anwar yang menyitir salah satu ayat dalam Al-Quran.
Anwar mengimbuhkan perjalanan hidup manusia mulai dilahirkan sampai menghembuskan nafas terakhir, selalu diberikan nikmat yang begitu besar oleh Allah. “Tidak usah jauh-jauh, kita di sini bisa bekerja karena diberikan nikmat udara untuk bernafas. Setiap detak jantung kita, itu nikmat Allah,” ucap Anwar.
Kegiatan buka puasa bersama di MK diisi pula dengan tausiah oleh A. Ilyas Ismail, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas As-syafi’iyah Jakarta. Ismail menyoroti keprihatinan terhadap bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. “Tapi dalam praktiknya, pelanggaran moral banyak terjadi di Indonesia. Terjadinya korupsi yang merebak di berbagai kalangan dan profesi sungguh memprihatinkan,” ujar Ismail.
Ia pun mempertanyakan tindakan sebagian orang Islam yang terlihat rajin menjalankan ibadah shalat, puasa, sedekah, ibadah haji maupun umrah tapi masih melakukan tindak pidana kejahatan, antara lain melakukan korupsi. “Jawabannya, karena mereka menjalankan agama masih dalam taraf permukaan, belum memahami benar ajaran Islam. Namun mereka yang sudah pada tingkat spiritualitas, pemahaman sudah masuk pada batin mereka. Sehingga mereka tidak akan mau melakukan tindakan tercela seperti korupsi,” tegas Ismail.
Dalam pandangan Ismail bahwa Islam adalah agama akhlak. Bahwa akhlak itu adalah inti dari ajaran agama. “Seorang tidak disebut beragama kalau tidak berakhlak. Apa artinya beragama kalau tidak berakhlak,” tandas Ismail kepada para pegawai.
Ismail juga mengutip pendapat Greg Barton, pakar masalah Islam dari Australia. Barton mengatakan, terdapat beberapa kekurangan orang Indonesia. Selain suka melanggar norma-norma hukum maupun moral, bangsa Indonesia pun dianggap irrasional, percaya pada mistik maupun kekuatan gaib. “Sudah sering kita dengar, banyak orang di Indonesia kalau ingin berhasil dalam karirnya harus menggunakan kekuatan gaib. Menurut Barton, hal ini irrasional dan bodoh,” tandas Ismail. (Nano Tresna Arfana/lul)