Sebanyak 264 Pilkada serentak sudah berlangsung di Indonesia. Pemilihan kepala daerah tingkat provinsi, kabupaten dan kota itu, secara umum berlangsung sukses dan lancar.
Meski pelaksanaan Pilkada berjalan lancar, namun belum semua daerah prosesnya berlangsung final. Ada 139 sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK) yang perlu diselesaikan. Termasuk di antaranya sengketa Pilkada Provinsi Sumbar, Kepri dan sejumlah kabupaten di tiga provinsi ini.
Sebagai putra Minang yang besar di Riau dan juga beraktifitas di Kepri dan Jakarta, saya selalu tertarik mengikuti perkembangan Pilkada ini, terutama yang di tiga provinsi di Sumatera ini. Selain punya hubungan emosional, khusus di Sumbar, kakak saya, H Muslim Kasim maju sebagai calon gubernur berpasangan dengan H Fauzi Bahar sebagai calon wakil gubernur. Pasangan calon nomor urut 1 ini, berkompetisi dengan calon nomor urut 2, H Irwan Prayitno-H Nasrul Abit yang nota bene adalah juga sahabat-sahabat saya.
Konsekwensi dari hubungan emosional itu, saya dalam Pilkada Sumbar tidak hanya sekadar memperhatikan. Untuk beberapa momen, saya akhirnya 'dipaksa' keadaan untuk aktif dan harus bersikap dalam posisi yang jelas. Semua itu saya lakukan dalam tataran yang terukur dan selalu dengan menghormati aturan main yang ada.
Apapun hasil final Pilkada, sebagai putra Minang saya bangga dengan proses demokrasi yang berlangsung di negeri ini. Nyaris tidak ada konflik, apalagi tindakan anarkis yang mewarnai Pilkada, baik tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota.
Saya menyaksikan, sekaligus merasakan, baik masing-masing pasangan calon maupun timses jika mereka bertemu, selalu menunjukkan sikap layaknya seorang saudara. Bersalaman, berangkulan, penuh senyum bahkan canda. Jauh dari kesan orang yang berlawanan. Memanglah agaknya, Pilkada badunsanak, tidak hanya sekadar jargon belaka. Situasi yang sama juga saya amati berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Tenang dan damai-damai saja. Situasi yang patut kita syukuri.
Teman-teman saya banyak yang memuji proses Pilkada di Sumbar. Meski ada yang bermuara di MK bahkan ke PTUN dan kepolisian, semuanya berlangsung dengan tenang. Toh, saya berpikir ini adalah proses pencarian kebenaran melalui saluran yang benar. Walau ada sengketa, tapi hubungan silaturahmi, tetap jalan.
Saya meyakini, proses Pilkada serentak ini semakin mematangkan bangsa kita akan arti berdemokrasi yang benar. Pilkada adalah sebuah proses, bukan tujuan. Tujuannya tentulah, kehidupan rakyat harus lebih baik, aman dan sejahtera. Siapapun yang akan jadi pemimpin, jadi gubernur, bupati atau walikota, semuanya adalah rahasia Allah SWT. Semoga kita dapat pemimpin yang baik dan amanah. Amin.*
H BASRIZAL KOTO