Mahkamah Konstitusi (MK) mengundang para Dekan Fakultas Hukum se-Asia yang tergabung dalam Asian Law Institute (ASLI) untuk menghadiri Board of Governors Meeting di ruang serbaguna MKRI, Rabu (23/5). Selain menjadi ajang pertemuan para akademisi hukum se asia, acara ini juga bertujuan untuk memperkenalkan lebih dekat MK sebagai lembaga peradilan konstitusi di Indonesia yang masih tergolong baru.
Acara ini dihadiri oleh Ketua MK Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Wakil Ketua MK Prof. Dr. H.M. Laica Marzuki, S.H., Sekretaris Jenderal MK Janedjri M. Gaffar, Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) Prof. Dr. Hikmahanto Juwana, S.H., LLM., dan para dekan FH se-asia, antara lain dari negara China, Korea Selatan, Jepang, Hongkong, Filipina, Singapura, Malaysia, India, dan Thailand.
Membuka sambutannya, Hikmahanto mengatakan bahwa Indonesia masih perlu banyak melakukan upaya-upaya perbaikan dalam dunia hukum. Dan MK bisa menjadi contoh yang baik bagi lembaga-lembaga peradilan lainnya untuk memperbaiki kondisi hukum di tanah air, ucapnya.
Selain itu, lanjut Hikmahanto, dunia pendidikan hukum Indonesia patut berbangga diri karena lima dari sembilan Hakim Konstitusi saat ini berasal dari kaum akademisi.
Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua MK mengatakan bahwa sebaiknya kerjasama yang dibina antar FH se-asia ini tak hanya berhenti di bidang riset saja, melainkan merambah pula pada bidang-bidang hukum lainnya, seperti bagaimana membangun budaya rule of law dalam kehidupan bernegara. Jimly menganggap selama ini bangsa asia kurang mengedepankan rule of law karena masih terbelenggu oleh nilai-nilai kolektivitas, kepemimpinan nasional, dan keteladanan saja.
Tantangan bagi dunia hukum di asia adalah untuk bekerjasama mengembangkan kajian-kajian yang dapat mendorong terlaksananya prinsip-prinsip hidup konstitusional dan rule of law di asia, jelas Jimly.
Untuk itu, pada kesempatan ini Jimly menyatakan bahwa MK membuka diri untuk bekerjasama dengan fakultas-fakultas hukum di asia demi mengembangkan prinsip rule of law dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (Wiwik Budi Wasito)