Tak Adil Media Hanya Kejar Setya Novanto dan Sudirman Said
Senin, 23 November 2015
| 16:34 WIB
Pengamat Politik Effendi Gazali
Jakarta, HanTer - Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia (UI), Effendi Gazali menilai, tidak adil jika media hanya mengejar Ketua DPR Setya Novanto (Setnov) dan Menteri ESDM Sudirman Said (SS) terkait pencatutan nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dalam rencana perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia (PTFI) yang saat ini ditangani oleh Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).
"Jika media hanya mengejar Setya Novanto dan Sudirman Said, maka menjadi kurang fair. Media juga harus mengejar nama-nama lain, termasuk Luhut (Menkopolhukam Luhur Binsar Panjaitan) dan MRC (Pengusaha, Muhammad Reza Chalid) supaya terbuka," kata Effendi Gazali di Jakarta, Minggu (22/11/2015).
Menurutnya, ada keanehan dari sikap Luhut Panjaitan yang tidak merasa tercemar namanya dikaitkan atas kasus ini. Padahal, nama Luhut disebut-sebut dalam rekaman pertemuan Setnov, MRC dan Presiden Direktur PTFI Maroef Sjamsoeddin (MS) yang sudah diserahkan SS kepada MKD.
"Pengakuan Luhut bahwa namanya tidak tercemar juga merupakan keanehan. Harusnya Luhut marah setelah Pak Jokowi dan Pak JK," ujarnya.
Dia juga mempertanyakan kredibilitas Menteri SS sebagai pejabat negara dan pembantu presiden yang sudah melakukan kebohongan publik dalam pelaporan kasus ini ke MKD. Dimana, SS mengaku pelaporan ke MKD ini sudah izin kepala Presiden Jokowi melalui JK. Namun faktanya belum izin Presiden.
"Dalam hal kredibilitas, kredibilitas Sudirman akan terganggu. Karena dia menyatakan sudah lapor ke Presiden, namun ternyata belum. Kredibiltas yang dibawa oleh Sudirman Said jadi rendah," tuturnya.
Dia juga menilai, kasus ini harus dilakukan secara adil terhadap pihak-pihak yang merasa terpojokan atau terdzolimi seperti Setnov yang sudah membantah mencatut nama Jokowi-JK. Maka dari itu, dia meminta isi rekaman pertemuan Setnov, MRC dan MS itu perlu diperdengarkan secara utuh kepada publik seperi persidangan di Mahkamah Konstitusi (MK).
"Penekanan saya adalah MKD mengundang teman-teman media untuk mendengarkan rekamannya. Kita harus tekankan itu, karena MKD adalah Mahkamah Kehormatan Dewan. Kalau betul ada orang yang hendak menzolimi kehormatan Dewan, MKD harus membela dan membuka pintu untuk diperdengarkan, minimal kepada teman-teman media. Ini juga penting agar MKD tidak mengalihkan persoalan sebagai sekedar penzoliman," pungkasnya.
Sumber: http://nasional.harianterbit.com/nasional/2015/11/22/48350/0/25/Effendi-Gazali-Tak-Adil-Media-Hanya-Kejar-Setya-Novanto-dan-Sudirman-Said