Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas dan karakter manusianya. Untuk itu, perguruan tinggi merupakan proyek peradaban masa depan suatu negara. Dari perguruan tinggi, akan lahir kaum cerdik cendekia serta orang-orang dengan kapasitas keilmuan mumpuni, berempati dan bertanggungjawab terhadap kemajuan bangsa. Demikian orasi ilmiah yang disampaikan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat pada Sidang Senat Terbuka dalam rangka Dies Natalis Ke-17 Universitas Surakarta (UNSA), Solo, Sabtu (24/10).
Menurut Arief, perguruan tinggi adalah tempat lahirnya anak-anak bangsa yang mempunyai karakter pembaharu, tradisi intelektual yang kuat, berwawasan global dan tidak meninggalkan kearifan lokal serta kepribadian luhur bangsa. \"Kepada merekalah tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini akan diberikan. Sudah sangat jelas dari perspektif konstitusi, Pembukaan UUD 1945 menyatakan secara tegas bahwa tujuan nasional kita adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, terutama tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak dapat tidak pencapaiannya harus dengan dan melalui proses pendidikan,\" papar Arief menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul ‘UNSA menjadi Perguruan Tinggi Bermutu dan Beretika dengan Kearifan Lokal Menuju Wawasan Global Bertaraf Internasional’.
Lebih lanjut Arief menjelaskan, perguruan tinggi merupakan lingkungan dari komunitas atau masyarakat akademis (academic community) yang memiliki suasana khas bercirikan kritis, objektif, analitis, kreatif, konstruktif dan terbuka terhadap kritik. Selain itu, lanjut Arief, perguruan tinggi adalah lingkungan yang menjunjung norma, susila akademik, dinamis, bervisi serta berorientasi untuk masa depan. \"Untuk mentransformasikan dan menginternalisasikan budaya akademik, diperlukan etika akademik. Dengan kata lain, totalitas penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi sudah semestinya berbasis pada moral dan etika,\" tegas Arief.
Sebagai penutup, Arief berpesan bahwa ditengah-tengah situasi Bangsa Indonesia yang sedang dalam kondisi disorientasi, maka peran serta masyarakat, terutama para akademisi sangat diperlukan. Apalagi, tutur Arief, sebentar lagi Bangsa Indonesia akan menyelenggarakan hajatan besar yakni pemilihan kepala daerah secara serentak. \"Kondisi masyarakat saat ini dalam fase low trust society. Oleh karena itu, sebagai masyarakat intelektual kita tidak boleh bosan mengingatkan para elite untuk kembali kepada tujuan awal demi kemajuan bangsa, dan saya berharap, para akademisi yang hadir dalam forum ini bisa menjadi penerus tongkat estafet menuju kemakmuran Indonesia,\" tutup Arief. (Dedy R. Ramly/IR)