Dushanbe - Selama tiga hari, pada 17-19 September 2015, Mahkamah Konstitusi Tajikistan menggelar konferensi internasional dalam rangka peringatan ke-20 berdirinya MK Tajikistan. Konferensi yang mengambil tema “Constitutional Justice as a Guarantee of Ensuring the Supremacy of Constitutional Norms” diikuti oleh 15 negara, antara lain Rusia, Jerman, Belarusia, Korea, Kazakhstan, Uzbekistan, Latvia, Rumania, Albania, Armenia, Kyrgyzstan, Indonesia, Tajikistan, dan Afghanistan. Selain itu, hadir pula Wakil Presiden Venice Commision, ThorgeirsdottirHerdis Kjeruulf. Konferensi tersebut dibuka secara resmi oleh Presiden Tajikistan, Emmamolia Rahmon pada Kamis, 17 September 2016 di Complex E Wisma Negara Tajikistan, Dushanbe.
Dalam sambutannya, Presiden Rahmon mengatakan apresiasinya terhadap MK Tajikistan yang telah menyelenggarakan konferensi internasional ini. Menurut Rahmon, Tajikistan merupakan negara republik demokratis yang terus membangun dan menguatkan supremasi konstitusi. Rahmon berharap, konferensi ini semakin meneguhkan peran MK Tajikistan, dan juga MK negara-negara lain dalam penguatan demokrasi global. Rahmon menyambut baik konferensi ini, dan sekaligus berharap, seluruh delegasi dapat menikmati alam dan budaya Tajikistan.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua MK RI, Anwar Usman, dalam kapasitasnya mewakili Ketua MK Indonesia selaku Presiden Association of Asian Constitutional Court (AACC) yang diundang secara khusus diminta menyampaikan sambutan dalam pembukaan. Dalam sambutannya, Anwar Usman menegaskan apresiasi MK Indonesia terhadap MK Tajikistan. Dalam usianya yang 20 tahun, Anwar Usman meyakini bahwa MK Tajikistan telah berkontribusi besar bagi peradaban konstitusi dan demokrasi di Tajikistan. Terbukti, Tajikistan menjadi negara dengan demokrasi yang terus bertumbuh. Anwar Usman juga berharap, MK Tajikistan sebagai anggota AACC dapat berperan lebih besar dalam penguatan tatanan demokrasi global, khususnya regional Asia melalui forum AACC.
Dalam sambutannya, Anwar Usman juga mengatakan bahwa kesulitan dan tantangan yang seringkali dialami oleh banyak negara ialah bagaimana memindai norma abstrak ideal di dalam konstitusi menjadi fakta dan praktik dalam penyelenggaraan negara. Jikapun suatu negara telah memiliki konstitusi demokratis, tidak serta merta negara tersebut menjadi negara demokratis dalam kenyataannya. Menurut Anwar Usman, pada era sekarang, itulah tantangan terbesar dan paling nyata negara-negara demokrasi konstitusional. Bagi Anwar Usman, melalui konferensi ini, pandangan dan gagasan dari berbagai negara dapat dikemukakan sehingga tantangan di depan mata dapat dihadapi. Melalui konferensi ini pula, masing-masing negaradapat mengetahui, bahkan merujuk praktik dan gagasan yang dianggap terbaik yang pernah diterapkan suatu negara. Tantangan penegakan konstitusi global tidak dapat dihindari, oleh karenanya, harus dihadapi dengan strategi yang tepat dan cerdas.
Hadir dalam kesempatan pembukaan konferensi tersebut beberapa pejabat tinggi Tajikistan antara lain Ketua MA, Shihyon Shermuhammad, Deputi I Menteri Luar Negeri Rahmon Ozoda Emomali, Jaksa Agung, Rakhmon Yusuf Ahmadzod, Menteri Dalam Negeri, Rahimzoda Ramazon Hamro, dan Kepala Staf Kepresidenan, Bakhtiyor Hudoyorszoda. Hadir pula beberapa akademisi hukum konstitusi, seperti Prof. Otto Luchmant dari Hamburg University Jerman serta Prof. Dinorshoev A.M dan Prof. Avakyan Suren Adikobevich dari Moscow State University, dan lain-lain, yang diundang sebagai pembicara.
Rangkaian kegiatan konferensi selama 3 hari tersebut diselingi dengan gelar kebudayaan Tajikistan dalam jamuan makan malam di Palace of Navruz. Kunjungan ke Museum Nasional Tajikistan serta kegiatan budaya untuk memperkenalkan kepada seluruhdelegasi akan keindahan alam Tajikistan dan potensi sumber daya alam serta industri di Kota Turzunzoda yang terletak 30 km dari Dushanbe.
Konferensi ditutup dengan jamuan makan malam di Botanical Garden. Dalam kesempatan penutupan tersebut, Ketua MK Tajikistan, Mahmudzoda, menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya atas partisipasi seluruh delegasi. Secara khusus kepada delegasi Indonesia, Mahmudzoda menyampaikan respekanya, dan kembali berharap adanya kerja sama bilateral yang lebih konkret. Kepada seluruh delegasi, Mahmudzoda berharap, di masa mendatang, para delegasi memiliki kesempatan lagi untuk hadir di Tajikistan dalam acara yang berbeda. (FLS)