Bangsa Indonesia sedang terjangkit ‘penyakit’ kehilangan tujuan, sehingga dibutuhkan pendidikan Konstitusi dan Pancasila. Hal ini disampaikan oleh Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat ketika menerima audiensi PP Wanita Syarikat Islam (WSI) pada Selasa (11/8), di Ruang Delegasi Lantai 15 Gedung MK.
“Bangsa kita sedang terjangkit ‘penyakit’ kehilangan disorientasi arah dibangunnya negara ini. Padahal dulu founding fathers punya arah tujuan dibangunnya negara ini. Sekarang sudah tidak ada lagi. Pimpinan baik di tingkat nasional maupun daerah sudah kehilangan tujuan, dan lebih mementingkan kepentingan kelompok dan pribadi,” jelasnya.
Arief juga menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena krisis kepercayaan dalam segala bidang di masyarakat. Padahal, lanjut Arief, dulu para pendiri bangsa mampu menyatukan banyak perbedaan dengan kepercayaan. Untuk itulah, maka dibutuhkan pendidikan Konstitusi dan Pancasila.
Sementara Ketua PP WSI Valina Singka Subekti saat menjelaskan maksud kedatangan mereka mengatakan WSI merasa perlu turut berpartisipasi dalam upaya untuk menyebarluaskan konstitusi. Valina mengungkapkan kesediaan WSI untuk membantu MK sebagai pengawal Konstitusi dalam menjalankan tugas tersebut. “Sebagai ormas, tentu perlu untuk menyebarluaskan materi Konstitusi. Jika rakyat paham mengenai Konstitusi, maka mereka menjadi warga negara yang aktif,” jelasnya.
Arief kemudian menyambut baik kesediaan WSI tersebut. Menurut Arief, partisipasi aktif masyarakat dapat membantu MK dalam menjalankan salah satu fungsinya sebagai pengawal Konstitusi. “MK ikut berperan dalam memberikan pendidikan Konstitusi yang baik bagi masyarakat, di antaranya dengan dibangunnya Pusat Sejarah Konstitusi,” urainya.
Ia menuturkan peran wanita dalam membangun bangsa serta menanamkan pendidikan Konstitusi sangat penting. Wanita, lanjut Arief, merupakan pendidik utama di keluarga. “Jika wanita mengerti Konstitusi, maka akan sangat bermanfaat karena pendidikan di keluarga dimulai dari seorang ibu,” tandasnya. (Lulu Anjarsari)